JAKARTA, AW-Sabar membawa berkah. Ungkapan ini cocok untuk Dean Huijsen. Kesabaran alumnus akademi Juventus itu tak setipis tisu. Tak kuasa menembus tim utama Juve, Huijsen sabar saat dipinjamkan ke klub cemen, Frosinone.
Manajemen Frosinone, yang tengah berjuang keluar dari zona degradasi, mencapai kesepakatan dengan Juve untuk meminjam Huijsen selama enam bulan. Tapi, takdir berkata lain. Pelatih AS Roma, waktu itu Jose Mourinho, menawarinya kesempatan bermain di klub ibukota.
The Special One menilai bek muda Spanyol punya bakat luar biasa sebagai seorang pemain bertahan. Saat laga tandang di Allianz Arena, Mourinho sempat menemuinya di pinggir lapangan dan melayangkan tawaran tersebut, beberapa saat sebelum bursa transfer Januari 2024 dibuka.
Pemain 20 tahun ini akhirnya menolak tawaran Frosinone dan menginginkan tawaran bermain di Serigala Ibukota. Tak sampai di situ, Huijsen juga melakukan selebrasi kontroversial yakni menempelkan jari telunjuk ke mulut, saat berhasil membobol gawang Frosinone.
Selepas masa peminjaman berakhir, Huijsen kembali ke Juve hanya untuk dijual ke klub lain. Manajemen membutuhkan dana segar untuk mendongkrak pendapatan. Para pemain muda dari akademi Bianconeri dilego untuk dan menyelesaikan kesulitan finansial klub.
Seperti, Enzo Barrenechea dan Samuel Iling Junior yang masuk paket pertukaran pemain Aston Villa, Douglas Luiz. Huijsen dijual ke klub Inggris, Bournemouth, sementara, Moise Kean ke Fiorentina. Keduanya bersinar dan menjadi andalan klubnya masing-masing.
Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih. Badai cedera di lini pertahanan membuat Juve terpaksa merekrut Renato Veiga dari Chelsea dan Lloyd Kelly dari Newcastle United. Huijsen bagai gajah di pelupuk mata, bersinar terang tapi tak terlihat manajemen Juve.