JAKARTA, AW-Peran strategis dunia usaha dalam mitigasi bencana nasional, di antaranya tercermin melalui beragam program corporate social responsibilty (CSR) yang sudah mulai menjangkau fase prabencana. Karena itu, peran strategis dunia usaha dalam mitigasi bencana perlu diiringi dengan perencanaan dan kegiatan inventarisasi sehingga distribusi bantuan atau dukungan yang diberikan oleh mereka dapat diterima masyarakat secara tepat guna.

Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo mengatakan, merefleksi gempa bumi Lombok 2028 maka perlu dibahas mengenai sinergi dunia usaha dalam mitigasi bencana. Pangarso menegaskan bahwa fokus utama yang harus diprioritaskan saat ini adalah mengelola kapasitas dan ketahanan yang dimiliki oleh seluruh aspek masyarakat terkait bencana.

Peran seluruh pentaheliks menjadi penting mengingat penanggulangan bencana adalah urusan bersama. “Dan, dunia usaha memiliki peran penting dalam pendampingan masyarakat. Hal itu ditandai dengan beragamnya program CSR yang sudah mulai menjangkau fase prabencana,” ungkap Pangarso.

Pangarso mengatakan hal itu saat talkshow Peran Lembaga Usaha dalam Pembelajaran Gempa Lombok di Graha Bakti Praja, Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 27 April 2025. Kejadian gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada 5 Agustus 2018, menyebabkan dampak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Kerusakan masif tersebut tentunya mempengaruhi aspek penghidupan masyarakat, khususnya mata pencaharian dan perekonomian masyarakat.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi menyatakan besarnya dukungan dunia usaha untuk penanggulangan bencana harus diringi dengan perencanaan dan inventarisasi sehingga distribusi bantuan atau dukungan yang diberikan dapat diterima masyarakat secara tepat guna. “Kita mulai harus menginvetarisasi kekuatan kita, mulai dari sumber daya manusia, logistik dan peralatan, serta mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dengan tepat,” ujar Prasinta.

Hal tersebut harus dimulai dengan perencanaan yang baik, karena mitigasi dan kesiapsiagaan ini merupakan investasi yang lebih terjangkau dibandingkan dengan apa yang harus diberikan ketika terjadi bencana. Dalam publikasi yang dikutip Senin (28/04/2025), Prasinta juga menggarisbawahi perlunya sinergitas program mitigasi dunia usaha dan penyusunan dokumen rencana kontijensi yang menjadi pegangan bersama dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang.

Kegiatan talkshow Peran Lembaga Usaha dalam Pembelajaran Gempa Lombok mengundang berbagai perwakilan dari dunia usaha yang aktif dalam membangun ketangguhan masyarakat pada fase prabencana hingga pascabencana, antara lain United Tractors, ASTRA, Bank Danamon, PLN, dan Pertamina di wilayah NTB. Dalam diskusi tersebut mengemuka bahwa dunia usaha tidak hanya sebagai pemberi manfaat, namun juga menjadi salah satu sektor yang terdampak bencana.

Untuk itu, diperlukan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi setiap insan dalam lembaga usaha sehingga dunia usaha mampu memahami risiko bencana, menyusun rencana kesiapsiagaan, meminimalkan potensi kerugian, serta memastikan kesinambungan operasional perusahaan saat dan setelah terjadi bencana.

Pemulihan Ekonomi

Dengan adanya kapasitas yang baik, dunia usaha tidak hanya dapat melindungi aset dan karyawannya, tetapi juga berkontribusi dalam mempercepat proses pemulihan ekonomi dan sosial di wilayah terdampak. Adapun hal-hal yang disimpulkan pada pembahasan itu antara lain membangun kemitraan yang kuat antara dunia usaha dengan komponen pentaheliks lainnya, meningkatkan kapasitas dunia usaha dalam edukasi kepada masyarakat maupun kesiapsiagaan internal, mendorong dunia usaha untuk terus membantu masyarakat dan berbasis pada kebutuhan lokal, serta melakukan pendampingan dan mendukung sektor-sektor lainnya pada setiap fase penanggulangan bencana.

Diharapkan diskusi yang membahas peran strategis dunia usaha dalam mitigasi bencana dan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2025 itu menjadi pengingat bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting dan praktik baik dari dunia usaha tidak hanya menjadi pembelajaran di tingkat lokal, tetapi juga menjadi inspirasi di tingkat nasional bahkan internasional serta membangun jejaring pentaheliks yang solid dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia.

Sebelum talkshow, rangkaian kegiatan HKB Tahun 2025 turut mengundang partisipasi anak-anak melalui lomba mewarnai bertema Kesiapsiagaan Menghadapi Gempa Bumi. Kegiatan itu bertujuan menumbuhkan kesiapsiagaan sejak dini sekaligus membangun ketangguhan anak-anak dalam mengenali potensi dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempabumi. Lomba mewarnai ini diikuti oleh 200 anak-anak yang terdiri dari 150 peserta tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan 50 peserta dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Para peserta diberi waktu satu jam untuk menuangkan kreativitas mereka dalam mewarnai gambar situasi saat gempa.

Terdapat enam hadiah untuk masing-masing kategori TK dan PAUD. Diharapkan kegiatan ini dapat mendorong mendorong semangat anak-anak untuk lebih memahami pentingnya kesiapsiagaan dalam suasana yang menyenangkan dan kreatif serta menumbuhkan generasi muda yang sadar risiko bencana sejak usia dini dan menjadi bagian dari masyarakat tangguh di masa depan. Selain lomba, acara ini juga dimeriahkan dengan kuis berhadiah untuk menambah keceriaan sekaligus memperkuat pengetahuan dasar tentang bencana.