Kevin De Bruyne mengucap selamat tinggal. Ia menyebut masih ingin berkiprah di Liga Primer. Berbekal kemampuan dan pengalaman segudang, De Bruyne cocok bermain lebih ke dalam alias deeplying playmaker.

Deeplying playmaker adalah gelandang bertahan yang mengatur ritma permainan dari posisi lebih dalam, dekat dengan bek tengah. Jeli melihat pergerakan pemain lawan, membuatnya mampu  mengkreasi serangan dari belakang dengan umpannya yang akurat.

Italia memiliki Andrea Pirlo yang sukses menjalani peran ini. Italia dibawanya juara dunia 2006 di Jerman. Dibuang AC Milan, jebolan Akademi Brescia ini malah sukses membawa klub rival, Juventus, merebut Scudetto empat musim berturut-turut, mulai 2012-2015.

“De Bruyne masih bisa memberikan banyak hal untuk klub. Saya melihat dia bisa bermain lebih ke dalam dengan kemampuan pressing yang dimiliki,” kata Micah Richards, mantan penggawa Manchester City yang kini menjadi komentator sepakbola, dilansir Sky Sports.

Kemenangan 3-1 atas Bournemouth di pekan ke-37 Liga Primer, Rabu (21/5) dini hari adalah laga perpisahan manajemen klub, pemain, serta para fans dengan pemain 33 tahun tersebut. Setelah satu dekade, De Bruyne akhirnya harus meninggalkan Etihad Stadium.

Para fans melepas kepergiannya dengan mata berkaca-kaca seolah tak ingin berpisah dengan pemain pujaan. De Bruyne bergabung dengan Manchester City dari klub Jerman, Wolfsburg pada 2015 silam. Ia menyumbang 108 gol dalam 421 laga di semua ajang.

Selama satu dekade di Manchester, ia menjadi penggawa The Citizens paling sukses dengan koleksi 6 trofi Liga Primer, dua Piala FA, 5 Piala Liga Inggris, 1 trofi Liga Champions, 1 Piala Super Eropa, dan 1 Piala Dunia Antarklub.