JAKARTA, AW-Sepuluh tahun sudah, Barcelona tak pernah lagi menjadi jawara Eropa. Terakhir, Barca juara Liga Champions 2015 lalu saat mengalahkan Juventus 1-3 di Stadion Olimpiade, Berlin. Salah strategi?

Pada 2018, mimpi Blaugrana menjadi jawara di kompetisi elit Eropa buyar di tangan AS Roma pada babak perempatfinal. Setahun berikutnya, asa juara Los Cules dihentikan raksasa Inggris, Liverpool, di babak semifinal.

Raphinha dkk sebenarnya salah satu favorit juara di Liga Champions musim ini. Mereka memiliki lini serang tajam beranggotakan Robert Lewandowski, Raphinha, dan pemain muda, Lamine Yamal. Tapi, lini pertahanan Barca rapuh. Tujuh gol bersarang di gawang mereka di babak semifinal melawan Inter.

Skuat muda besutan Hansi Flick ternyata kurang pengalaman dibandingkan lawannya, Inter. Ungkapan “pengalaman adalah guru yang berharga” tepat untuk tim asuhan Simone Inzaghi. Meski usia skuat lebih tua, Nerazzurri tetap tenang menghadapi gelombang serangan Barca.

“Tim kami masih muda. Kami akan lebih matang di masa mendatang. Ini tugas kami untuk membuat tim ini lebih baik lagi. Kami akan memperbaiki lini pertahanan, dan juga barisan serang,” kata Flick dilansir ESPN.

Gagal ke final Liga Champions, Barca masih berpeluang meraih gelar juara La Liga musim ini untuk melengkapi sukses meraih trofi Copa del Rey dan Piala Super Spanyol. Mereka kini unggul empat angka di klasemen dari pesaing terdekatnya, Real Madrid.

Dengan empat laga tersisa, duel el clasico melawan musuh bebuyutan Real Madrid, Sabtu (11/5) malam akan menentukan laju Pedri dkk ke tangga juara. Jika kalah, selisih mereka dengan Los Blancos hanya tinggal sebiji poin. Hasil yang bisa membawa petaka untuk sang juara bertahan.