JAKARTA, AW-PT Pertamina International Shipping (PIS) melakukan rehabilitasi ekosistem pantai melalui penanaman 3.000 bibit lamun di Teluk Bakau, Bintan. PIS melakukan kegiatan itu sebagai bentuk kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dan sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk menjaga dan melestarikan keberlangsungan ekosistem laut Indonesia.

Pemilihan lamun oleh PIS karena kelestarian ekosistem itu terbukti efektif dalam mengurangi kadar karbon dioksida (CO₂) melalui penambahan stok karbon di sedimen laut, sekaligus berfungsi sebagai area lindung bagi biota laut. Menurut data Kementerian PPN/Bappenas, ekosistem lamun memiliki kemampuan serapan karbon 1.867 ton/km² atau sekitar 48%, lebih tinggi dibandingkan mangrove dan terumbu karang. Lamun juga memberikan berbagai manfaat bagi ekosistem pesisir, salah satunya meredam energi ombak sehingga mampu mengurangi laju abrasi pantai.

Ekosistem lamun bahkan dapat menurunkan tinggi gelombang hingga 36% dan energi gelombang hingga 70%. Dengan begitu, lamun berperan penting dalam melindungi garis pantai dari dampak perubahan iklim, sekaligus menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat pesisir.

Corporate Secretary PIS Muhammad Baron menuturkan, PIS mengadakan lagi kegiatan TJSL sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk menjaga dan melestarikan keberlangsungan ekosistem laut RI. Kali ini, PIS melakukan rehabilitasi ekosistem pantai melalui penanaman 3.000 bibit lamun di Teluk Bakau. Kegiatan itu merupakan kegiatan serupa pertama dalam lingkup Sub Holding Integrated Maritime Logistics (SH-IML) dengan melibatkan PT Pertamina Energy Terminal dan PT Pertamina Port and Logistics.

Dalam pelaksanaannya, PIS turut bekerja sama dengan komunitas lingkungan seperti Carbon Ethics dan Lamun Warrior. Inisiatif ini sekaligus bagian dari upaya menyambut peringatan Hari Bumi Internasional yang jatuh pada 22 April lalu. “Sebagai bagian dari komitmen terhadap pelestarian lingkungan, PIS turut berkontribusi melalui inisiatif penanaman 3.000 lamun berbasis benih yang diperkirakan dapat menyerap hingga 95,2 kg CO₂ per tahun,” ungkap Baron dalam publikasi yang dikutip Jumat (25/04/2025).

Inisiatif itu bagian dari program besar BerSEAnergi untuk Laut oleh PIS yang menyasar kesejahteraan masyarakat pesisir. Program itu selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) poin 3 (kehidupan sehat dan sejahtera), poin 13 (penanganan perubahan iklim), dan poin 14 (ekosistem lautan).

Perwira dari Sub Holding Integrated Marine Logistics sukses membantu proses rehabilitasi ekosistem pesisir di Teluk Bakau melalui penanaman 3.000 bibit lamun. “Melalui inisiatif ini, kami berharap bisa berkontribusi dalam upaya konservasi daerah pesisir di Indonesia yang dapat bermanfaat bagi generasi ke depan, khususnya bagi komunitas pesisir,” ujar Muhammad Baron.

Kelestarian ekosistem laut dan pesisir merupakan salah satu fokus utama dalam komitmen keberlanjutan PIS. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang marine logistic, PIS memahami urgensi upaya konservasi untuk menjaga keberlanjutan komunitas pesisir, terutama di wilayah sekitar operasional perusahaan. Sejak 2023, PIS telah melakukan berbagai inisiatif lingkungan, termasuk penanaman 10 ribu pohon mangrove dan kegiatan transplantasi terumbu karang di sejumlah daerah pesisir di Indonesia.

Lewat inisiatif penanaman bibit lamun itu, PIS berharap Teluk Bakau bisa berkembang menjadi pusat edukasi lingkungan sekaligus lokasi studi lapang bagi perguruan tinggi dan lembaga riset di sekitar Bintan. Harapannya, manfaat dari program ini bisa terus meluas, baik dari sisi ilmiah maupun sosial. Baron juga menyampaikan, kegiatan itu menjadi langkah strategis untuk membangun ekosistem pesisir yang lebih sehat dan berkelanjutan, tidak hanya di Bintan tapi juga di wilayah operasional PIS lainnya.

“Melalui program ini, kami ingin mengajak masyarakat dan generasi muda untuk turut serta menjaga kekayaan hayati laut Indonesia. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk komunitas lokal dan akademisi, menjadi kunci dalam menciptakan dampak yang berkelanjutan bagi lingkungan dan komunitas pesisir,” tutur Baron.