JAKARTA, AW-Perum Bulog menerapkan prinsip FIFO (First In, First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dalam mengeluarkan beras dari gudang penyimpanan. Dengan berpegang pada prinsip FIFO dan FEFO tersebut maka diharapkan seluruh kualitas beras yang tersimpan di gudang Bulog tetap terjaga dan layak konsumsi.

Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyampaikan, jajaran Bulog secara konsisten melaksanakan pemeriksaan beras mulai dari harian, mingguan, bulanan, hingga triwulanan. Proses itu dilakukan untuk menjaga kualitas beras agar tetap baik sepanjang penyimpanan. Dengan adanya perawatan yang ketat, Bulog ingin memastikan masyarakat memperoleh beras yang sehat dan layak konsumsi.

Proses pemeliharaan yang dilakukan Bulog meliputi pemeriksaan awal beras saat pemasukan di gudang dan kualitas secara berkala, menjaga sanitasi gudang, spraying, hingga fumigasi apabila ditemukan indikasi serangan hama. “Selain itu, dalam proses pengeluaran, Bulog menerapkan prinsip FIFO dan FEFO dari gudang,” jelas Rizal.

Rizal mengatakan hal itu saat Bulog mengundang awak media nasional untuk meninjau secara langsung ke Gudang dan Sentra Pengolahan Beras Bulog Sunter di Jakarta Utara, Sabtu (06/09/2025). Kegiatan itu merupakan inisiatif dari manajemen Bulog untuk mengundang awak media meninjau secara langsung proses perawatan dan pemeliharaan beras, sehingga publik dapat melihat secara nyata komitmen Bulog dalam menjaga kualitas beras yang dikelola.

“Awak media nasional meninjau secara langsung kondisi beras di gudang Bulog. Tujuannya tentu untuk melihat langsung pemeliharaan beras dan meyakinkan bahwa beras Bulog berkualitas baik serta layak dikonsumsi mayarakat,” papar dia dalam publikasi yang dikutip pada hari yang sama.

Di kesempatan tersebut, Rizal mengatakan, dalam praktiknya, penyaluran juga memperhatikan kondisi nyata kualitas beras, sehingga apabila ditemukan penurunan mutu, segera dilakukan tindakan seperti fumigasi ulang, pemisahan, hingga pengolahan kembali dengan mesin pemilah modern untuk memastikan hanya beras layak konsumsi yang disalurkan kepada masyarakat.

Beras yang tidak lagi layak konsumsi tidak serta-merta dibuang, melainkan setelah rangkaian SOP yang ketat dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan industri lain seperti pakan. Dengan demikian, setiap butir beras tetap bernilai guna dan tidak terbuang sia-sia.

“Prinsip kami jelas, negara harus memberikan yang terbaik untuk rakyatnya. Maka, Bulog menjaga kualitas beras dengan pemeliharaan ketat agar beras yang diterima masyarakat benar-benar layak konsumsi dan sehat. Bulog akan terus menjaga kualitas beras, nama baik negara, dan berkomitmen penuh memberikan yang terbaik bagi bangsa dan masyarakat Indonesia,” ujar Rizal menutup pernyatannya tersebut.

Saat ini, Bulog berperan sebagai operator pelaksana kebijakan pangan, sementara regulasi ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) serta melalui rakortas yang dipimpin Kemenko Pangan.

Bulog menyiapkan beras sesuai penugasan pemerintah, baik beras medium dengan broken (beras pecah) maksimal 25% maupun beras premium dengan broken maksimal 15%. Saat ini, kapasitas gudang Bulog di Jakarta mencapai 355.200 ton, tersebar di 74 gudang dengan kapasitas masing-masing sekitar 3.000 ton. Stok yang disimpan di Jakarta merupakan bagian dari total cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 3,9 juta ton.

Rizal menambahkan, penyaluran beras dilakukan secara masif melalui berbagai jalur, mulai dari pedagang pasar tradisional, koperasi, lembaga pemerintah, sinergi dengan TNI-Polri, hingga outlet binaan BUMN, RPK, serta ritel modern.

Kolaborasi dengan berbagai pihak ini memungkinkan Bulog mempercepat distribusi guna memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, Bulog telah menyalurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) lebih dari 327 ribu ton dari total penugasan 1,5 juta ton, dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI-Polri, BUMN, serta para pengecer di pasar.