JAKARTA, AW-Perundingan IEU-CEPA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa/Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) segera rampung, kedua pihak sudah saling sepakat dan tidak ada ganjalan tersisa. Dengan selesainya perundingan IEU-CEPA itu maka diharapkan nantinya RI dapat memperoleh manfaat konkret, di antaranya 80% ekspor Indonesia ke pasar Uni Eropa (UE) akan menikmati tarif 0%.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, salah satu manfaat utama dari implementasi IEU-CEPA yakni penghapusan tarif impor secara signifikan. “Dalam 1–2 tahun setelah perjanjian IEU-CEPA berlaku, sebanyak 80% ekspor Indonesia ke UE akan menikmati tarif 0%,” ungkap Menko Airlangga.

Komoditas unggulan seperti produk padat karya (alas kaki, tekstil, garmen), minyak sawit, perikanan, serta sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik akan mendapat perlakuan preferensial lebih adil. UE merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia dengan total nilai perdagangan US$ 30,1 miliar di 2024. Neraca perdagangan tetap mencatatkan surplus bagi Indonesia, meningkat signifikan dari US$ 2,5 miliar pada 2023 menjadi US$ 4,5 miliar di 2024.

Pemerintah RI terus berkomitmen memperluas akses pasar ekspor, memperkuat industri dalam negeri, dan menciptakan lapangan kerja melalui penyelesaian berbagai perjanjian perdagangan strategis. Salah satu wujud komitmen itu melalui upaya Indonesia dan UE yang telah mencapai kesepakatan penting dalam menyelesaikan tahapan akhir perundingan IEU-CEPA yang diharapkan dapat membawa manfaat konkret bagi masyarakat dan pelaku usaha nasional.

“Status adalah task perundingan telah selesai dan sejumlah isu teknis mampu diselesaikan dalam putaran terakhir di tingkat Chief Negotiator. Pertemuan ini merupakan komitmen kuat dari Pemerintah RI agar perundingan dengan negara-negara mitra strategis dan potensial bisa diselesaikan. Tujuannya, membuka pasar peningkatan perdagangan dan investasi saling menguntungkan dan mengurangi trade barrier, baik itu tarif maupun non-tariff barrier,” ujar Menko Airlangga.

Menko Airlangga dalam Konferensi Pers terkait Perkembangan Negosiasi IEU-CEPA di Brussels, Belgia, Sabtu (07/06/2025), menyampaikan, pembahasan finalisasi IEU-CEPA tersebut dibahas dalam pertemuan antara Menko Airlangga dengan EU Commissioner for Trade and Economic Security Maroš Šefčovič di Brussels pada 6 Juni 2025. Kesepakatan itu menandai hampir berakhirnya proses perundingan yang telah berlangsung selama sembilan tahun dan mencakup 19 putaran utama serta dialog intensif dalam beberapa bulan terakhir.

Menko Airlangga juga menyatakan, perundingan tersebut juga dinyatakan siap untuk diumumkan dan dalam waktu dekat hasilnya serta akan dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto serta kepada Presiden Komisi Eropa. Indonesia dan UE semangat untuk menggunakan momentum situasi yang saat ini penuh ketidakpastian dan tidak bisa diprediksi, komoditas utama Indonesia dan UE bersifat saling melengkapi (komplementer), tidak berkait bersaing secara langsung. “Tentunya ini sama-sama memperkuat supply chain ataupun rantai pasok pasar dunia sehingga percepatan dari penyelesaian ini menjadi sangat penting,” kata Menko Airlangga dalam publikasi yang dikutip pada hari yang sama.

Sementara itu, Eropa memfokuskan pada beberapa isu termasuk pembahasan mendalam mengenai TKDN, sektor otomotif, critical mineral, serta fasilitas-fasilitas yang dapat diperoleh pada saat melakukan investasi. Komisioner Maros memberikan beberapa catatan yang telah dijadikan kesepakatan bersama dan secara prinsip kesepakatan itu menjadi hal yang kedua pihak telah mengerti.

Komoditas Perikanan

Dalam kesempatan itu, Menko Airlangga mengapresiasi kesepakatan terkait trade and sustainable growth yaitu perdagangan dan pertumbuhan berkelanjutan. Kesepakatan itu dianggap bernilai tinggi karena memberikan keuntungan baik bagi pelaku usaha di Indonesia maupun Eropa. “Dan kegiatan terkait sustainability ini jadi penting termasuk dalam berbagai perkembangan dari kebijakan di Eropa terkait produk-produk berkelanjutan dan diharapkan kebijakan ini bisa mengurangi risiko kita terhadap syarat-syarat yang diperlakukan ke depan,” kata Airlangga.

Menko Airlangga juga menuturkan, Indonesia mendorong pengembangan produk perikanan sebagai potensi penting dan meminta agar fasilitas ekspor perikanan diberikan perlakuan setara tanpa dibedakan dengan negara-negara Asean lain, seperti Thailand dan Filipina. Menko Airlangga menyebutkan bahwa UE telah menyepakati pemberian level playing field khusus untuk produksi dan ekspor perikanan Indonesia dengan negara-negara di sekitarnya.

Selain itu, terkait kebijakan deforestasi, Komisioner Maroš berjanji akan memberikan perlakuan khusus kepada Indonesia yang diyakini akan berdampak positif terhadap ekspor produk hasil hutan Indonesia. “Indonesia meminta agar fasilitas untuk ekspor perikanan tidak dibedakan dengan negara Asean lain seperti Thailand atau Filipina, dan Eropa sudah sepakat bahwa kita akan diberikan level playing field,” kata Menko Airlangga.

Dari sisi strategis, perjanjian IEU-CEPA memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global. Dengan terbukanya pasar dan penghapusan hambatan tarif, IEU-CEPA menjadi momentum penting untuk meningkatkan daya saing nasional. Pemerintah optimis bahwa pelaksanaan IEU-CEPA dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke UE lebih dari 50% dalam tiga hingga empat tahun ke depan.

Selain itu, perjanjian tersebut juga membuka peluang investasi strategis dari Eropa ke Indonesia, seiring dengan meningkatnya kepercayaan terhadap sistem hukum dan kebijakan dalam negeri. “Kedua pihak sudah sepakat untuk segera menyelesaikan dari segi materi dan proses hukum. Tidak ada ganjalan yang tersisa,” tandas Menko Airlangga.