JAKARTA, AW-Stabilisasi harga pangan nasional dapat berjalan baik apabila daerah saling berkolaborasi. Saat ini, stabilisasi harga pangan masih menghadapi tantangan berupa disparitas antarwilayah yang masih tinggi. Contoh, harga cabai rawit di Kayong Utara Rp 120 ribu per kilogram (kg), namun di Gresik hanya Rp 40 ribu per kg.
Laporan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) disebutkan, disparitas harga antarwilayah memang masih menjadi tantangan. Misalnya, harga cabai rawit merah di Kabupaten Kayong Utara Rp 120 ribu per kg, tetapi di Kabupaten Gresik hanya Rp 40 ribu per kg.
Sementara itu, harga beras medium di Zona III mengalami disparitas sedang, di Kabupaten Jayawijaya Rp 25 ribu per kg dan di Kota Lubuk Linggau cuma Rp 12.500 per kg. Untuk bawang putih, disparitas harga tercatat 11,78%, yakni harga di Kota Tangerang Rp 60 ribu per kg dan di Kota Makassar tetap sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 40 ribu per kg. Adapun untuk komoditas Minyakita, disparitas harga masih rendah yakni 5,02%.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa meminta pemerintah daerah (pemda) aktif melakukan koordinasi dan pengawasan guna memastikan kelancaran distribusi pangan serta mengendalikan harga di lapangan. Koordinasi atau kolaborasi daerah penting karena menjadi kunci stabilisasi harga pangan, termasuk dari sisi pasokan.
“Kami minta para gubernur, bupati, dan wali kota menugaskan dinas terkait untuk secara berkala mengumpulkan stakeholders pangan, mulai dari produsen, asosiasi, distributor, hingga ritel modern dan APPSI. Dari pertemuan ini, bapak dan ibu dapat memonitor situasi harga, mencari solusi bersama jika terjadi kenaikan, dan mengendalikan rantai distribusi pangan,” ujar Ketut Astawa.

Ketut Astawa menjelaskan hal itu dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada 28 April 2025. Dalam rapat yang sama, Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono juga menekankan pentingnya kerja sama antardaerah (KAD) untuk mengatasi disparitas harga pangan. “Ini kesempatan besar untuk kolaborasi daerah. Daerah penghasil bisa menjaga harga tetap stabil, sedangkan daerah dengan produksi minim bisa mengakses pasokan dengan harga wajar, tentunya dengan memperhatikan biaya distribusi,” jelas Edy.
Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengajak seluruh pemda untuk bersinergi menjaga stabilitas harga pangan dan juga pasokannya. Salah satu langkah aksi saat ini yaitu ajakan kepada seluruh pemda untuk mendukung aksi bela beli daging dan telur ayam ras di tingkat peternak guna mengantisipasi penurunan harga yang merugikan peternak.
“Mohon dukungan rekan-rekan kepala daerah untuk berpartisipasi dalam aksi bela beli ini. Kami juga siap menyerap jagung pipilan kering di NTB yang sedang memasuki panen raya, untuk menjaga harga produsen tetap stabil,” tutur Arief dalam publikasi yang dikutip Selasa (29/04/2025).
Stok Pangan Cukup
Dalam rapat koordinasi inflasi yang menitikberatkan pada stabilisasi harga pangan tersebut, perwakilan daerah memastikan stok secara umum cukup. Plt Asisten II Provinsi DKI Jakarta Suharini Eliawati menyampaikan, harga pangan di minggu keempat April ini sudah menunjukkan tren penurunan. “Namun, kami tetap mencermati harga bawang putih yang di beberapa daerah masih mencapai Rp 50 ribu per kg. Untuk Jakarta, stok bawang putih bisa dipastikan aman.” ujar Suharini.
Sedangkan Pemda Subang juga menyatakan bahwa harga pangan di tingkat distributor hingga agen sudah sesuai dengan HET. Namun demikian, pedagang kecil kadang menaikkan harga sedikit untuk mendapatkan margin keuntungan.
Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir juga mengingatkan pentingnya pemantauan lapangan. “Rekan-rekan kepala daerah harus rajin turun ke pasar untuk mengecek langsung situasi harga dan pasokan. Kita juga bisa membangun kerja sama antardaerah serta mendorong gerakan menanam untuk memperkuat produksi lokal,” ujar Tomsi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara historis, perkembangan inflasi April 2025 didominasi komponen inti, berbeda di April 2022 yakni inflasi didominasi komponen bergejolak seperti minyak goreng dan daging ayam ras.
Karena itu, komponen bergejolak perlu diwaspadai pada April 2025 mengingat sudah tiga minggu usai Idulfitri 1446 Hijriah, harga beberapa komoditas pangan belum turun signifikan di bawah HET, khususnya di Sumatra Barat, Riau, Maluku, Papua Selatan, Sumatra Utara, dan Aceh.
Komoditas penyumbang kenaikan Indeks Perkembangan Harga (IPH) terbesar pada pekan keempat April 2025, di antaranya bawang merah, cabai merah, dan bawang putih. Daging ayam dan telur ayam ras justru mencatatkan penurunan IPH. Umumnya, sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami penurunan IPH, antara lain Jawa Timur, Kalimantan Timur, DIY, Kalimantan Utara, dan Jawa Barat.