JAKARTA, AW-Serapan beras Perum Bulog per 10 Mei 2025 menembus 2 juta ton. Serapan beras Perum Bulog yang spektakuler itu melebihi rata-rata tahunan sepanjang sejarah. Capaian itu berkat pengadaan Bulog yang agresif dengan mengacu harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) yang naik menjadi Rp 6.500 per kilogram (kg) untuk semua kualitas.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, sektor ketahanan pangan nasional kembali mencatatkan pencapaian luar biasa. Hingga 10 Mei 2025, Perum Bulog telah menyerap 2.023.063 ton beras dari petani lokal, ini angka tertinggi dalam sejarah serapan Januari-Mei selama 57 tahun berdirinya Bulog.

Pencapaian itu menandai keberhasilan kebijakan pangan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus menjadi bukti nyata peningkatan kesejahteraan petani dan langkah nyata menuju swasembada pangan. “Biasanya, serapan sebesar itu tercapai dalam setahun penuh. Tapi kini, dalam waktu kurang dari lima bulan, kita berhasil melampauinya. Ini lompatan eksponensial,” ujar Mentan dalam publikasi yang dikutip Minggu (11/05/2025).

Mentan Amran menyebut capaian tersebut sebagai tonggak bersejarah dalam perjalanan penyerapan beras nasional. Perolehan itu sepenuhnya berasal dari hasil panen petani lokal, tanpa impor beras medium sejak awal tahun. “Ini murni produksi dalam negeri. Publik perlu tahu bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja keras petani dan kebijakan yang tepat sasaran,” ujar Mentan Amran. Bahkan, serapan pada April 2025 saja mencapai 1,06 juta ton yang merupakan angka bulanan tertinggi sepanjang sejarah Bulog. Kini, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog telah menembus 3,6 juta ton dan masih terus bertambah.

Keberhasilan ini tak lepas dari strategi penyerapan agresif oleh Bulog, sesuai arahan Presiden Prabowo. Pemerintah telah menetapkan HPP GKP Rp 6.500 per kg atau naik dari HPP 2024 yang hanya Rp 6.000 per kg. “Harga tersebut memberi nilai wajar bagi petani, meningkatkan pendapatan, dan memacu produksi,” jelas Mentan Amran.

Bulog juga mengerahkan Tim Jemput Gabah yang bekerja sama dengan penyuluh pertanian, Babinsa, serta kelompok tani (poktan) dan gapoktan. Penggilingan padi dari skala kecil hingga besar pun dilibatkan untuk mempercepat pengadaan. “Kami pastikan Bulog terus menyerap hingga kapasitas maksimal. Bahkan, kapasitas gudang telah ditambah 1,1 juta ton dan sedang dibangun 25 ribu gudang improvisasi,” tambah Mentan Amran

Melimpahnya produksi beras nasional membawa tantangan tersendiri, yakni gudang nyaris penuh. Menanggapi hal itu, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan pembangunan gudang darurat berumur 5-10 tahun serta persiapan gudang permanen di setiap desa. “Ini komitmen nyata agar seluruh hasil panen petani terserap,” tegas Mentan Amran

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi beras nasional diproyeksikan 18,76 juta ton hingga Juni 2025. Sementara itu, laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan, produksi Indonesia tahun ini menembus 34,6 juta ton, menjadikan Indonesia produsen beras terbesar di Asean.

Dengan serapan lebih dari 2 juta ton, Mentan Amran optimistis stok beras nasional bisa menembus 4 juta ton di akhir Mei 2025. “Angka ini belum pernah terjadi. Ini kemenangan petani Indonesia,” ujar Mentan penuh semangat. Keberhasilan itu menjadi bukti nyata bahwa Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga siap menjadi pemain utama dalam ketahanan pangan global.