JAKARTA, AW-Penghapusan sistem rafaksi harga gabah menjadi salah satu kunci stok beras nasional menembus 4 juta ton. Dengan tidak ada sistem rafaksi harga gabah, mayoritas petani bisa menjual gabah kering panen (GKP) Rp 6.500 per kilogram (kg) untuk semua kualitas panen.

Pemerintah mencatatkan sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya sejak Perum Bulog berdiri pada 1969, stok cadangan beras pemerintah (CBP) menembus angka fantastis 4 juta ton. Berdasarkan laporan real time per 29 Mei 2025 pukul 21.41 WIB, serapan setara beras oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton dan total stok beras nasional resmi tercatat 4.001.059 ton. Angka ini menjadi simbol konkret keberhasilan kolaborasi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan menyejahterakan petani Indonesia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan, capaian spektakuler itu tak lepas dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto yang konsisten mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan instruksi presiden (inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.

“Presiden Prabowo memberi perhatian luar biasa pada pertanian. Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) GKP sebesar Rp 6.500 per kg dan penghapusan sistem rafaksi harga gabah menjadi bukti nyata. Petani kini menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat panen raya,” jelas Mentan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional di Januari–Mei 2025 diperkirakan 16,55 juta ton, meningkat tajam 11,95% dari tahun sebelumnya. Capaian itu juga sejalan dengan kinerja serapan Bulog yang mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Hingga akhir Mei 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, melonjak lebih dari 400% dibandingkan rata-rata serapan dalam periode sama lima tahun terakhir yang hanya di kisaran 1,2 juta ton. “Ini menunjukkan produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini efektif memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” jelas Mentan Amran.

Mentan Amran menegaskan, pencapaian stok beras 4 juta ton bukan sekadar angka statistik, melainkan simbol kuat dari meningkatnya kesejahteraan petani dan kemandirian bangsa. “Dulu, saat panen raya, harga gabah kerap anjlok dan petani merugi. Kini, mayoritas petani bisa menjual GKP minimal Rp 6.500 per kg sesuai HPP, bahkan lebih. Ini buah dari kebijakan yang berpihak pada petani,” jelas dia dalam publikasi yang dikutip Jumat (30/05/2025).

Dalam kesempatan itu, Mentan Amran pun berterima kasih ke para petani dan seluruh stakeholders atas capaian spektakuler 4 juta ton cadangan beras. Mentan mengapresiasi dan mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi terhadap capaian itu.

“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh petani Indonesia, Komisi IV DPR, TNI, Polri, Kejaksaan, Gubernur, Bupati, Kepala Dinas Pertanian, PIHC, Perum Bulog, para pengamat, akademisi, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan para media. Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” ungkap Mentan.

Mentan juga memberikan apresiasi khusus pada strategi agresif jemput bola yang dilakukan Bulog dalam menyerap langsung gabah petani. Langkah Bulog menjemput hasil panen langsung dari petani sangat efektif. “Ini bukan hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani kita,” jelas Mentan. Dengan kolaborasi lintas sektor yang kuat dan kebijakan strategis yang tepat sasaran, pemerintah optimistis bahwa ketahanan pangan Indonesia bukan lagi impian, tetapi realitas yang terus dibangun dan dijaga.