JAKARTA, AW-Produksi gula konsumsi Indonesia tahun ini ditargetkan 2,59 juta ton dengan kontribusi saat puncak panen di Agustus 2025 sekitar 621 ribu ton. Guna mencapai produksi gula konsumsi Indonesia 2,59 juta ton itu, rerata rendemen tebu nasional 2025 harus melebihi 2024 sebesar 7,4%.
Berdasarkan Proyeksi Neraca Pangan Gula Konsumsi per 21 Maret 2025, produksi gula kristal putih (GKP) dalam negeri akan meningkat mulai Mei 2025 dengan estimasi 166 ribu ton. Lalu, produksi pada Juni 2025 sebesar 392 ribu ton, Juli 544 ribu ton, dan Agustus diproyeksikan menjadi puncak panen dengan angka 621 ribu ton. Sesuai neraca komoditas yang tertera, kebutuhan gula konsumsi hingga Desember 2025 dalam kondisi aman. Harga gula saat ini juga dalam posisi stabil sehingga ketersediaannya mampu dijaga dengan baik. Per 23 April 2025, rerata harga gula di Indonesia Rp 18.530 per kilogram (kg).
Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No 12 Tahun 2024 menetapkan harga gula konsumsi di tingkat produsen Rp 14.500 per kg dan di konsumen Rp 17.500 per kg, adapun di retail modern dan Indonesia timur dijual Rp 18.500 per kg. Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) dalam penyusunan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan Gula selalu melibatkan stakeholders hulu-hilir agar terbentuk harga yang wajar di tingkat produsen maupun konsumen.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah telah menerbitkan Perpres No 40 Tahun 2023 terkait Percepatan Swasembada Gula Nasional sebagai langkah nyata memperkuat ketahanan pangan, memperkuat ketersediaan bahan baku, dan industri, serta meningkatkan kesejahteraan petani tebu di 2028. Untuk itu, semua stakeholders terkait perlu memperkuat riset untuk varietas unggul, mempermudah akses petani terhadap sarana produksi, meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen, serta menjaga kebijakan harga yang berkelanjutan bagi para produsen.
“Perlu diingat bahwa swasembada pangan, terutama gula, itu bisa terjadi kalau kita sejahterakan petani. Kami berharap bahwa dengan sinergi dan kinerja bersama maka rendemen gula tahun ini dapat lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 7,4%,” papar Arief Prasetyo Adi saat menghadiri Buka Giling Perdana Pabrik Gula Krebet Baru di Malang, Jawa Timur, pada 24 April 2025.
Pemerintah melalui Bapanas menargetkan produksi gula konsumsi Indonesia tahun ini mencapai 2,59 juta ton. Sebagai langkah nyata, Bapanas mendorong dan mengajak semua pihak membangun ekosistem pergulaan nasional sebagai upaya dalam mewujudkan swasembada pangan sebagaimana yang tertuang pada Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. Arief Prasetyo Adi menuturkan, Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi terhadap peningkatan produksi gula konsumsi secara besar-besaran. Misalnya, Kabupaten Malang yang merupakan daerah produsen gula terbesar di Jawa Timur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi gula Jawa Timur pada 2023 mencapai 1,12 juta ton atau 49% dari total produksi gula nasional tahun itu 2,2 juta ton. “Karena itu, kami mengimbau agar kinerja yang sudah baik ini dapat terus ditingkatkan. Apalagi saat ini kita sudah memasuki musim giling tebu tahun 2025 dengan rencana produksi gula nasional 2,59 juta ton,” ujar Arief Prasetyo Adi dalam publikasi yang dikutip Jumat (25/04/2025).
Manfaatkan Teknologi
Sementara itu, Direktur Utama Holding BUMN Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia (ID Food) Ghimoyo menyatakan, kegiatan buka giling gula nasional merupakan bukti bahwa Indonesia siap mewujudkan swasembada gula dalam waktu cepat dan singkat. Tercapainya target produksi gula konsumsi Indonesia tahun ini merupakan bagian dari upaya swasembada karena itu perlu peningkatan produktivitas degan memanfaatkan teknologi.
“Dalam rangka mendukung program swasembada gula tahun 2027/2028 maka kita perlu meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, dan menjalin kemitraan yang solid dengan petani untuk terus dapat memacu kualitas dan kuantitas produksi gula,” jelas Ghimoyo.
Menurut Ghimoyo, Indonesia sebagai negara penghasil pangan terbesar di dunia memiliki pengalaman panjang dalam meningkatkan produksi gula berkualitas baik sejak tahun 1906. “Saat dunia bicara tentang bagaimana untuk memiliki ketahanan pangan nasional, hari ini kita membuktikan bahwa Indonesia siap untuk berkontribusi dalam ketahanan pangan, di mana buka giling gula nasional ini menjadi salah satu pilar penting dalam industri gula di Indonesia khususnya di Jawa Timur,” kata Ghimoyo.
Dalam kegiatan Buka Giling Perdana Pabrik Gula Krebet Baru di Malang itu hadir juga Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa, Staf Ahli Menko Pangan Sugeng Santoso, Direktur SPHP Bapanas Maino Dwi Hartono, Direktur Pengawasan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas Hermawan, Direktur Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Supomo, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen, Direktura Utama PG Rajawali I Daniyanto, Ketua Umum Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Malang KH Hamim Kholili, Dandim, Polres, serta GM PG Krebet Baru Muhammad Anis beserta jajaran.
Bupati Malang M Sanusi mengaku siap untuk menggelontorkan anggaran penelitian pengembangan gula nasional melalui APBD daerah. Komoditas gula harus menjadi perhatian bersama agar ke depan pangan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri. “Kalau ada yg bisa bikin bibit atau penelitian nanti kita dukung melalui APBD. Nanti dengan Kadis Pertanian kita dukung bersama. Alokasi APBD untuk kita dukung tingkatkan produksi tebu mencapai Rp 10 Miliar. Jadi apapun untuk peningkatan petani, kita harus dukung bersama,” jelas Sanusi.