JAKARTA, AW-Pemerintah melibatkan para petani dan pelaku usaha dalam mempercepat hilirisasi perkebunan di Indonesia. Sebagai panduan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Perkebunan telah menetapkan Peta Jalan Hilirisasi Perkebunan 2025-2027 yang fokus ke peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas strategis nasional.

Kementan merangkul petani, pelaku usaha perkebunan, hingga industri pengolahan sebagai upaya gerak cepat memperkuat hilirisasi perkebunan nasional. Karena itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bergerak cepat menindaklanjuti arahan Presiden RI Prabowo Subianto dengan mengumpulkan petani serta pelaku usaha perkebunan pada 13 Agustus 2025 guna menyelaraskan langkah dalam memperkuat hilirisasi sektor perkebunan.

“Kita harus tancap gas mempercepat hilirisasi perkebunan. Hilirisasi kunci dalam mendorong percepatan peningkatan kesejahteraan petani. Kita ingin petani mendapat nilai tambah dari hasil perkebunan mereka,” ujar Mentan dalam publikasi yang dikutip Kamis (14/08/2025).

Di beberapa kesempatan, Mentan Amran menyampaikan strategi hilirisasi perkebunan nasional yang meliputi diversifikasi produk, penguatan kemitraan, perluasan akses pasar, diplomasi perdagangan internasional, sertifikasi, serta peningkatan mutu dan keamanan pangan.

“Pupuk sudah oke, kredit dapat diakses, subsidi bibit disediakan. Perintah Bapak Presiden jelas, tingkatkan kesejahteraan petani khususnya pekebun tebu, kakao, kelapa, kopi, jambu mete, pala dan lada. Petani tidak boleh lagi hanya menjual bahan mentah. Kita dorong industri dalam negeri menyerap hasil perkebunan sehingga nilai tambahnya tinggal di Indonesia,” tegas Mentan.

Sekjen Kementan Ali Jamil menambahkan, pihaknya telah mengusulkan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) untuk tahun 2025-2027 guna mendukung kegiatan hilirisasi perkebunan. Anggaran itu akan difokuskan pada sarana dan prasarana produksi di hulu untuk memastikan ketersedian bahan baku dan agar rantai pasok perkebunan semakin efisien.

Plt Dirjen Perkebunan Kementan Abdul Roni Angkat menambahkan, program hilirisasi akan difokuskan pada komoditas unggulan seperti tebu, kelapa, kakao, kopi, lada, pala, dan jambu mete. “Kita ingin hilirisasi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh petani, industri, dan pasar global,” ujar dia. Sementara itu, Direktur Utama PTPN I menyatakan kesiapan industri pengolahan untuk mendukung langkah Kementan. “Kami memastikan kesiapan pabrik pengolahan modern untuk menyerap hasil perkebunan dalam negeri, termasuk melalui pembangunan dan revitalisasi fasilitas produksi,” kata dia.

Untuk mencapai target ekspor ratusan triliun rupiah pada 2029, Kementan menyiapkan ABT 2025-2027, mencakup pengembangan kawasan, benih unggul, pupuk, penerapan Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), serta deregulasi seperti revisi Permentan No 50 Tahun 2015 tentang benih perkebunan, penetapan pupuk ZA bersubsidi untuk tebu, dan penyempurnaan aturan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus tebu.

Kementan optimistis strategi ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen dan pengekspor utama produk perkebunan dunia, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor, serta tentunya mensejahterakan petani Indonesia.