JAKARTA, AW-Realisasi penerimaan bea masuk pada Januari-April 2025 mencapai Rp 15,4 triliun atau turun 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan penerimaan bea masuk itu didorong oleh nihilnya impor beras, jagung, dan gula. Artinya, penerimaan bea masuk yang anjlok tipis itu bukan pertanda negatif, tapi justru sinyal positif tercapainya swasembada pangan.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi penerimaan bea masuk hingga April 2025 hanya mencapai Rp 15,4 triliun atau 29,2% dari target APBN. Angka ini turun 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, penurunan itu bukanlah pertanda negatif, melainkan sinyal positif atas keberhasilan swasembada pangan nasional.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menuturkan, nihilnya impor tiga komoditas, yaitu beras, jagung, dan gula, menunjukkan ketahanan pasokan pangan domestik. “Penurunan penerimaan bea masuk bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Penurunan terjadi karena tidak ada impor beras, jagung, dan gula. Jadi wajar tidak ada penerimaan bea masuk dari sana. Tapi ini hal yang positif,” jelas Anggito dalam publikasi yang dikutip Senin (26/05/2025).
Anggito mengatakan, tanpa pengaruh beras, jagung, dan gula, penerimaan bea masuk justru meningkat. Jika ketiga komoditas itu, yakni beras, jagung, dan gula, dikecualikan, penerimaan bea masuk justru tumbuh positif secara tahunan. “Tanpa pengaruh beras, jagung, dan gula, penerimaan bea masuk kita naik 4,3%,” ujar Anggito. Tak hanya di sektor impor, kontribusi sektor pertanian juga terlihat dari penerimaan bea keluar yang melonjak 95,9% menjadi Rp 11,3 triliun. Lonjakan itu didorong oleh naiknya harga ekspor crude palm oil (CPO) yang memperkuat kontribusi pertanian tidak hanya pada ketahanan pangan, tetapi juga pada pendapatan negara.
Menanggapi hal itu, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, keberhasilan program swasembada pangan nasional mulai menunjukkan dampak nyata, salah satunya tercermin dari turunnya penerimaan bea masuk atas impor komoditas pangan strategis, seperti beras, jagung, dan gula, hingga April 2025. Keberhasilan itu tidak lepas dari strategi nasional di sektor pertanian, seperti peningkatan produksi dalam negeri, efisiensi distribusi, dan dukungan langsung kepada petani.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog per 24 Mei 2025 telah mencapai 3,9 juta ton. “Ini capaian luar biasa. Alhamdulillah, stok Bulog sudah mencapai 3,9 juta ton. Ini mencerminkan ketahanan pangan nasional yang semakin kokoh, terutama di tengah krisis pangan global,” ujarnya sembari menyampaikan apresiasi kepada para petani.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) turut memperkuat capaian itu. Produksi beras Januari-Juni 2025 diperkirakan 18,76 juta ton, naik 11,17% dari periode sama tahun sebelumnya. Pada periode yang sama, luas panen jagung pipilan diproyeksikan 1,42 juta hektare (ha) atau naik 11,64% dari tahun sebelumnya. Total produksi jagung pipilan kering (kadar air 28%) pun diprediksi melonjak menjadi 10,91 juta ton, atau naik 12,88% dari 9,67 juta ton pada Januari–Juni 2024.