JAKARTA, AW-Pemerintah menggencarkan mekanisasi pertanian guna memacu efisiensi usaha tani, di antaranya lewat penggunaan mesin tanam padi modern (rice transplanter). Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka saat ke Jawa Timur di 24 Mei 2025 sempat mencoba mesin tanam padi modern itu. Mesin tanam padi modern yang digunakan Wapres Gibran tipe berjalan (walking type) yakni operator mengarahkan alat sambil berjalan di belakang mesin.

Dalam publikasi yang dikutip Selasa (27/05/2025), rice transplanter ada dua jenis, yaitu tipe berjalan (walking type) dan tipe mengendarai (riding type). Di tipe berjalan, operator mengarahkan alat sambil berjalan di belakang mesin. Bibit padi diletakkan di rak khusus dan dapat diisi ulang dengan mudah selama proses penanaman berlangsung.

Sedangkan pada tipe mengendarai memungkinkan operator duduk dan mengemudikan mesin seperti kendaraan. Walaupun mekanismenya serupa, alat itu menawarkan kenyamanan lebih. Kedua jenis rice transpanter itu sama-sama efektif mempercepat dan merapikan proses tanam, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan di lapangan.

Baca Juga:

Stok Beras Indonesia Tembus 3,9 Juta Ton, Ini Kata Wapres Gibran

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong modernisasi sektor pertanian melalui pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan). Salah satu bentuk modernisasi yang kini digencarkan Kementan adalah penggunaan rice transplanter, yakni alat tanam padi modern yang membantu petani menanam padi secara lebih cepat, rapi, dan efisien.

Penggunaan alsintan terbukti mampu meningkatkan efisiensi kerja petani, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, serta mendorong peningkatan produktivitas. Sejalan dengan upaya tersebut, dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa modernisasi merupakan langkah strategis dalam mewujudkan swasembada pangan. “Dengan alsintan, proses budi daya pertanian dapat dilakukan lebih cepat, efisien, dan hasilnya pun meningkat,” ujar Mentan Amran.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementan Moch Arief Cahyono menuturkan, rice transplanter merupakan inovasi untuk efisiensi dan produktivitas pertanian padi. Rice transplanter dirancang untuk menanam bibit padi secara teratur tanpa petani harus menginjak sawah. “Dengan satu operator, rice transplanter mampu menyelesaikan penanaman di 1 hektare (ha) sawah hanya dalam waktu lima jam,” jelas dia.

Sebagai perbandingan, metode tanam manual butuh 25-30 orang dengan waktu hingga dua hari untuk luasan lahan sama. Karena itu, penggunaan rice transplanter tidak hanya hemat waktu dan tenaga, tetapi signifikan menekan biaya operasional. Rice transplanter juga memberikan keunggulan dalam menjaga jarak tanam agar seragam, ini berdampak positif ke pertumbuhan tanaman yang lebih merata dan hasil panen lebih tinggi. Alat itu juga ramah lingkungan karena bisa mengurangi kerusakan lahan akibat injakan selama proses tanam manual.

Baca Juga:

Pacu Produksi Beras Indonesia, Wapres Gibran Semangati Petani

Sistem Tanam Jarwo

Sebagai bentuk komitmen terhadap percepatan mekanisasi pertanian, Wapres Gibran bersama Mentan Amran melakukan kunjungan kerja ke Desa Gempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada 24 Mei 2025. Dalam kunjungan itu, Wapres Gibran dan Mentan Amran menanam padi bersama petani menggunakan rice transplanter walking type dengan sistem tanam Jarwo serta memakai varietas unggul Inpari 32 yang potensi hasilnya 8-8,5 ton per ha.

Sistem tanam Jarwo atau Jajar Legowo merupakan metode menanam padi dengan mengatur jarak antarbaris tanaman serta memberikan barisan kosong sebagai pemisah. Tujuannya agar tanaman padi mendapatkan efek tanaman pinggir, seperti pencahayaan matahari yang merata. Sistem ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas, mengurangi serangan hama dan penyakit, serta mempermudah proses pemupukan dan pengendalian hama. Karena itu, sistem tanam Jarwo dinilai sebagai salah satu metode terbaik dalam budi daya padi.

Dalam kesempatan itu, Wapres Gibran menegaskan, pemerintah akan terus hadir di tengah petani dan memastikan seluruh kebutuhan mereka terpenuhi. Wapres juga menyampaikan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini mencapai 3,9 juta ton, tertinggi dalam sejarah Indonesia. Sebagai bentuk dukungan konkret, Wapres turut menyerahkan bantuan alsintan kepada kelompok tani di Ngawi berupa satu unit combine harvester dan 13 unit traktor roda dua.

Menutup kegiatan tersebut, Kementan kembali menegaskan komitmennya untuk memperluas akses petani terhadap teknologi pertanian melalui penyediaan alat, pelatihan, dan dukungan pembiayaan. “Kami mengajak seluruh petani di Indonesia memanfaatkan rice transplanter guna mewujudkan pertanian lebih modern, efisien, dan berkelanjutan,” jelas Moch Arief Cahyono.