JAKARTA, AW-Rekomendasi impor jeruk di 2024 hanya 56.300 ton atau 2,1% dari produksi nasional. Jeruk impor itu berasal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Australia, Pakistan, China, dan Mesir. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan daya saing jeruk lokal.

Jeruk adalah salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia yang terus menunjukkan eksistensinya di pasar domestik. Berbagai jenis jeruk lokal, seperti keprok/siam, pamelo, dan lemon, tetap digemari konsumen karena kesegaran dan cita rasanya yang khas. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi jeruk nasional pada 2024 mencapai 2,65 juta ton. Jumlah itu dihasilkan dari berbagai sentra produksi, antara lain Banyuwangi, Malang, Bangli, Karo, Sambas, dan Barito Kuala.

Keberadaan jeruk lokal itu dinilai mampu bersaing dengan produk impor, bahkan telah merambah pasar modern. Plt Dirjen Hortikultura Kementan Muhammad Taufiq Ratule menegaskan dukungan pemerintah terhadap produksi jeruk lokal. “Kami terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani agar kualitas jeruk lokal semakin meningkat. Kami sampaikan juga bahwa jeruk lokal tetap digemari produksi nasional mencukupi,” kata dia dalam publikasi yang dikutip Sabtu (29/03/2025).

Taufiq juga meluruskan pemberitaan yang menyebutkan produktivitas jeruk lokal hanya 3,8 ton per hektare (ha). Menurut data BPS 2024, produktivitas jeruk lokal 44,8 ton per ha, jauh melebihi produktivitas jeruk dari China 19,5 ton per ha. Meski produksi lokal diklaim mencukupi, pemerintah tetap membuka keran impor jeruk. Hal itu guna memenuhi kebutuhan pasar di luar musim panen jeruk lokal.

“Kami memberikan rekomendasi impor dengan persyaratan teknis yang ketat, termasuk dokumen Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP),” jelas Taufiq. Langkah itu bertujuan menjamin keamanan pangan produk impor sekaligus melindungi produksi jeruk lokal.

Saat ini, Kementan terus menggenjot produksi jerul lokal melalui berbagai program. Yakni, pengembangan kampung jeruk, penyediaan benih bermutu, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan, serta fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen menjadi fokus utama. Selain itu, pendampingan dan pembinaan petani juga dilakukan secara intensif.

Pemerintah juga mendorong penerapan teknologi agar jeruk lokal dapat berproduksi sepanjang tahun. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan jeruk lokal dapat terus memenuhi kebutuhan pasar dan bersaing dengan produk impor.