JAKARTA, AW – Malaysia ingin impor beras Indonesia guna menutupi kurangnya pasokan domestik di negara tersebut. Saat ini, produksi beras Malaysia hanya mampu memenuhi 40-50% kebutuhan nasional dan selebihnya diperoleh dari impor. Namun demikian, Indonesia belum bisa mengabulkan keinginan Malaysia itu karena masih fokus menjaga stok dalam negeri.
Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia Datuk Seri Mohammad Bin Sabu mengatakan, harga beras di Malaysia saat ini cukup tinggi lantaran kurangnya pasokan. Kini, Malaysia hanya mampu memenuhi sekitar 40-50% dari kebutuhan nasional dan selebihnya kebutuhan beras dipenuhi dari impor.
Untuk itu, Malaysia meminta agar Indonesia mau membantu Malaysia untuk memenuhi dan meningkatkan produksi beras di negara Malaysia. Artinya, Malaysia ingin impor beras Indonesia. “Kita sangat butuh beras, untuk itu kita datang ke Indonesia meminta bantuan, kita juga ingin belajar bagaimana Indonesia bisa berjaya dalam memproduksi beras sehingga saat ini beras Indonesia berlimpah,” kata Datuk Seri Mohammad Bin Sabu.
Bahas Berbagai Peluang Kolaborasi dan Pemenuhan Kebutuhan
Dalam publikasi yang dikutip Selasa (22/04/2025), Menteri Datuk Seri Mohammad Bin Sabu melakukan kunjungan resmi ke Indonesia dan mengungkapkan kekagumannya saat melihat kemajuan sektor pertanian Indonesia. Dalam pertemuan bersama Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman, kedua pihak membahas berbagai peluang kolaborasi pertanian khususnya permintaan dukungan teknis dan kerja sama konkret dalam upaya peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan beras di Malaysia.
“Pagi ini saya amat berasa bertuah dan berterima kasih karena Pak Mentan RI yang sedia menerima kunjungan kami. Kami telah berbincang perkara-perkara utama, terutama sekali saya berterima kasih dan kagum atas perubahan teknologi pertanian di Indonesia,” ujar dia dalam pernyataan resminya usai pertemuan bilateral dengan Mentan Amran di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta pada 22 April 2025.
Dalam pertemuan bilateral Indonesia-Malaysia tersebut, Mentan Amran menyampaikan, produksi beras Indonesia saat ini memang naik signifikan. Sesuai data Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS), di April 2025, potensi luas panen nasional 1.595.583 hektare (ha) dengan estimasi produksi 8.631.204 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 4,97 juta ton beras.
Namun demikian, pemanfaatannya akan hati-hati, meski Malaysia ingin impor beras Indonesia. “Untuk sementara ini, kami menjaga stok beras dulu, produksi beras kami amankan untuk kebutuhan nasional. Alhamdulillah, padi tahun ini produksinya tertinggi tujuh tahun, namun kami tetap hati-hati karna masih banyak tantangan seperti climate change juga,” kata Mentan Amran.
Permintaan Impor Beras Malaysia Diganti dengan Penggarapan Lahan Perbatasan
Dalam kesempatan itu, Mentan Amran mengatakan, tantangan pangan global kian kompleks. Karena itu, meski Malaysia ingin impor beras Indonesia, Pemerintah RI akan meresponsnya dengan cara lain. Ke depan, untuk membantu Malaysia maka Indonesia-Malaysia dapat segera mengembangkan lahan pertanian di perbatasan. “Kita akan bisa segera kembangkan lahan pertanian di perbatasan Indonesia-Malaysia, sehingga nanti jika Malaysia butuh beras tinggal impor dari situ, jadi biaya pengiriman bisa lebih murah,” tutur Mentan Amran.
Pemerintah Indonesia melalui Kementan saat ini terus melakukan langkah nyata dalam meningkatkan produksi pangan nasional, salah satunya melalui program intensifikasi pertanian secara masif di berbagai wilayah strategis.
Program itu bertujuan mengoptimalkan produktivitas lahan, menekan biaya produksi, dan mendorong kesejahteraan petani di tengah tantangan pangan global yang semakin kompleks. “Saat ini, Indonesia mengembangkan intensifikasi pertanian di lebih dari 3 juta ha lahan yang tersebar di berbagai provinsi, termasuk wilayah perbatasan dan daerah terpencil seperti Papua dan Kalimantan,” jelas Mentan Amran.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga mengatakan, kenaikan produksi pangan saat ini tidak lepas dari kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto yang sangat berpihak pada petani. Berkat kebijakan tersebut, pertanian Indonesia melakukan transformasi pertanian besar-besaran ke pertanian modern.
“Dahulu satu kali tanam, sekarang bisa tiga kali dalam setahun. Produktivitas yang sebelumnya hanya 2–3 ton per ha, kini mampu mencapai 6-7 ton per ha, bahkan lebih. Jadi, teknologi pertanian ini akan kita terapkan di kawasan pertanian di perbatasan Indonesia-Malaysia sehingga kita bisa kerja bareng, petani Malaysia belajar, kita berkolaborasi,” ujar Mentan Amran dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Datuk Seri Mohammad Bin Sabu.