JAKARTA, AW-Kabupeten Majene dicanangkan menjadi sentra bawang merah karena letaknya sangat strategis dan produksinya naik pesat. Sebagai sentra bawang merah, Kabupaten Majene diharapkan dapat menjadi pemasok komoditas tersebut bagi Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam kunjungan kerjanya ke Kecamatan Banggae pada 19 Juli 2025, mencanangkan Kabupaten Majene di Sulawesi Barat (Sulbar) sebagai calon sentra baru produksi bawang merah nasional. Dengan dicanangkan sebagai Kabupaten Bawang di Sulbar maka Majene akan memasok bawang merah ke KTI.

Dalam kunjungan itu, Mentan Amran menyampaikan rencana visioner pengembangan kawasan hortikultura di Majene dan menjadikannya sebagai Kabupaten Bawang di wilayah timur Indonesia. “Kita akan menjadikan (Majene) ini Kabupaten Bawang. Kita akan mengembangkan seperti Solok (Sumatra Barat), yang pernah kami kembangkan dan sekarang sudah 13 ribu hektare (ha). Tahun depan, insya Allah, minimal 50 ha, bisa 100 ha pembibitan di sini (Majene),” ujar Amran di hadapan petani dan jajaran pemerintah daerah.

Mentan menilai, bawang merah asal Majene memiliki potensi unggul. Selain kualitas dan rasa yang sangat baik, produksi bawang merah menurutnya mirip dengan bawang dari Enrekang, Sulawesi Selatan. Selain itu letak geografis kabupaten Majene yang strategis juga membuatnya ideal untuk memasok kebutuhan kawasan Indonesia Timur dan bahkan Kalimantan.

“Kenapa? Rasanya beda, kualitas bawangnya beda, sangat baik. Mirip Enrekang. Nah ini kita akan kembangkan, sehingga saudara-saudara kita tidak lagi jauh membeli bawang. Bisa saja nanti menyuplai Kalimantan dan sekitarnya,” tambah Mentan dalam publikasi yang dikutip pada hari yang sama.

Mentan Amran kemudian berkomitmen untuk mendukung pengembangan komoditas ini secara bertahap dan sistematis. Fokus awal akan dimulai dari lahan pembibitan 10–20 ha, disertai bantuan pompa irigasi dan alat mesin pertanian (alsintan), yang akan diperluas secara progresif dalam 1–4 tahun ke depan.

“Ini kita fokus bawang. Daerah pegununggan kami bantu pompa, irigasi pompa, kemudian alat mesin pertanian. Mulai pembibitan dulu mungkin 10-20 hektare. Tahun depan, kita lakukan cukup besar. Berikutnya, itu saya kira sudah cukup besar. Mungkin 1-2 tahun, sampai di maksimal 3-4 tahun. Ini sudah menjadi kabupaten bawang. Itu mimpi kita,” terang Mentan Amran.

Data Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan, Indonesia telah swasembada bawang merah konsumsi sejak 2016. Tahun 2024, produksi mencapai 2,08 juta ton (konde basah) atau sekitar 1,35 juta ton rogol kering panen, melebihi kebutuhan nasional sebesar 1,2 juta ton. Artinya, Indonesia memiliki surplus sekitar 150 ribu ton per tahun.

Letak geografis Majene sangat strategis, berada di jalur lintas yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, hingga Kalimantan. Posisi ini menjadikannya kandidat ideal untuk menjadi salah satu yang menopang produksi hortikultura komoditas bawang merah di Kawasan Indonesia Timur dan IKN.

Potensi Unggulan

Sedangkan Gubernur Sulbar Suhardi Duka, yang turut hadir menyambut kunjungan Mentan, menyatakan komitmen penuh pemerintah provinsi menyukseskan transformasi sektor pertanian di Majene. Hortikultura, terutama bawang merah, kini jadi potensi unggulan Majene, menggantikan dominasi kelapa yang sebelumnya sebagai tulang punggung pertanian di wilayah tersebut. “Dulu semuanya itu kelapa, tapi sekarang sudah bervariasi. Yang secara ekonomis ingin dikembangkan adalah bawang, peternakan kambing, dan sektor kelautan,” ujar Suhardi.

Menurutnya, intervensi sektor pertanian sangat penting bagi Majene, yang saat ini mencatat tingkat kemiskinan tertinggi di Sulbar yaitu 13-14%, sementara lima kabupaten lainnya sudah menurun ke angka 7%. “Pada prinsipnya kami Pemprov Sulbar siap diperintah Pak Menteri. Apa yang diperintahkan untuk Majene, saya siap laksanakan. Kita perlu membina kelompok tani agar naik kelas, dari yang tadinya hanya kelompok biasa menjadi madya atau utama. Di sini sudah banyak yang kategori terampil, tinggal fasilitas yang belum sepenuhnya tersedia,” tambahnya.

Sementara itu Wakil Bupati Majene Andi Ritamariani Basharu turut menambahkan, semangat petani Majene untuk mengembangkan komoditas hortikultura sudah mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Namun, keterbatasan alat berat dan infrastruktur masih jadi tantangan utama. “Dulu kalau kita tanya ke pasar, bawang dari mana? Selalu jawabannya dari daerah lain. Tapi sekarang, alhamdulillah, sudah menunjuk wilayah lokal di Kabupaten Majene,” ujar dia.

Tanaman bawang merah sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak 2019, namun sempat terhambat karena pandemi Covid-19. “Kemarin alhamdulillah panen dan hasilnya sangat luar biasa. Petani semangat, tapi mereka butuh dukungan alat berat. Mohon perkenan Bapak Menteri untuk memberikan bantuan, agar petani makin semangat,” pinta Wakil Bupati ke Mentan.