JAKARTA, AW-Keuntungan tengkulak pertanian di Indonesia diduga mencapai Rp 42 triliun. Keuntungan tengkulak pertanian yang sangat besar itu tidak sebanding dengan pendapatan petani di Tanah Air. Karenanya, Kementerian Pertanian (Kementan) siap memberangus para middleman tersebut agar keuntungan para petani maksimal.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan, selama ini, middleman (tengkulak) meraup keuntungan besar dibandingkan dengan pendapatan petani. “Kita hitung-hitungan, petani itu dapatnya kira-kira Rp 1,5 juta per bulan per orang. Kalau selisih harga (gabah/beras) dari petani ke konsumen Rp 2.000, kemudian produksi kita 21 juta ton sampai Mei ini, artinya apa, pendapatan middleman itu Rp 42 triliun,” jelas Mentan Amran.

Sementara itu, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, para petani harus terus dipenuhi kebutuhannya untuk mendongkrak produktivitas pertanian. Karena itu, pemerintah harus selalu hadir dan bersama petani. “Pupuk ditambah, HPP (harga pembelian pemerintah) dinaikkan, dilakukan pendampingan, irigasi diperbaiki. Setengah mati kita jaga petani. Mereka tidak boleh dibiarkan jalan sendiri. Kita harus dampingi mereka,” tegas Mentan.

Mentan Amran menyebutkan, Koperasi Desa Merah Putih dapat menjadi salah satu upaya untuk memangkas distribusi pangan dan menekan middleman. “Inilah nanti kita bangun koperasi untuk memotong rantai pasok yang dulunya 7-8 tahap menjadi tiga, yaitu nantinya dari produsen ke koperasi kemudian ke konsumen,” jelas dia.

Lebih jauh Mentan menekankan, pemerintah akan bertindak tegas terhadap praktik-praktik yang merugikan perani dan konsumen, termasuk middleman dan juga dugaan permainan harga dan manipulasi stok pangan oleh mafia. Mentan Amran menyatakan, Kementan bersama Satgas Pangan dari Mabes Polri tengah mendalami indikasi permainan besar di balik fluktuasi harga beras dan distribusi pangan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta.

“Kami sudah koordinasi dengan Mabes Polri, segera turun. Jangan biarkan konsumen dan produsen itu menjerit. Kita harus dampingi. Jangan ada segelintir orang ingin merusak negara kita. Kita harus kolaborasi, negara harus kuat, negara tidak boleh kalah dari mafia,” kata Mentan Amran dalam publikasi yang dikutip Kamis (05/06/2025).

Mentan Amran sebelumnya mengungkapkan bahwa berdasarkan data Food Station Tjipinang dan penelusuran di di lapangan ditemukan kecurigaan manipulasi data stok di PIBC. “Harga beras di tingkat petani penggilingan turun. Itu sesuai BPS, bukan data saya. Tapi harga di konsumen itu naik. Artinya apa? Ada yang tidak benar. Yang kedua adalah data dari Cipinang kita dapatkan, ada yang tidak normal. Yang biasanya masuk keluar beras itu 1.000-3.500 ton per hari, tetapi ada satu hari selama lima tahun, satu hari keluar 11 ribu ton,” ungkap Mentan.

Sebelumnya, Mentan Amran melakukan penelusuran dan menemukan adanya anomali dalam distribusi beras di PIBC. Berdasarkan data stok beras Food Station Tjipinang, ada ketidakwajaran keluarnya 11.410 ton beras dalam satu hari yaitu pada 28 Mei 2025. Pernyataan ini disampaikan Mentan Amran sebagai respons atas keluhan sejumlah pedagang di PIBC yang menyebut pasokan beras mulai seret dipasaran.

Kepala Satgas Pangan Helfi Assegaf menjelaskan, pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap data keluar beras itu. “Mereka ditanya tetapi tidak bisa menyampaikan barang itu ke mana perginya, keluarnya dari ke mana, tidak ada. Belum bisa disampaikan kepada kita. Kita akan lebih mendalami lagi data tersebut. Kalau ternyata tidak sesuai, artinya dia memanipulasi data,” ungkap Helfi.