JAKARTA, AW-Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai lumbung jagung nasional. Selain memberikan dukungan sarana prasarana, upaya menjadikan NTB sebagai lumbung jagung dilakukan Kementan dengan mendorong modernisasi pertanian agar produksi terakselerasi. Produksi jagung NTB tahun ini diperkirakan 742.912 ton.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan peningkatan produksi jagung secara eksponensial di NTB sebagai upaya memperkuat produksi dalam negeri dan mencapai swasembada pangan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perkiraan luas panen di NTB tahun ini 105.287 hektare (ha) dengan perkiraan produksi jagung kadar air 14% (KA14%) setara 742.912 ton.
“Kita ingin lompatan kenaikan yang eksponensial, lompatan luar biasa di bawah gagasan besar atau skala prioritas Presiden RI Prabowo Subianto. Kami hanya operator, kemudian petani bergerak luar biasa,” kata Mentan Amran saat panen raya jagung di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, NTB, Senin (21/04/2025).
Mentan mengemukakan, pemerintah pusat dalam hal ini Kementan terus memberikan dukungan sarana prasarana untuk mengakselerasi produksi jagung di NTB. “Kami mimpikan NTB jadi lumbung pangan khususnya jagung dan padi. Ini mimpi kita semua dan kami akan siap mendukung. Seluruh sarana produksi khususnya pupuk dipenuhi dengan baik,” jelas Mentan.
Kementan juga mendorong penerapan modernisasi pertanian untuk membantu proses tanam dan panen secara efisien. “Keberadaan alat mesin pertanian (alsintan) bukan hanya alat, tetapi juga simbol modernisasi pertanian yang mendukung keberlanjutan dan ketahanan pangan nasional,” jelas Mentan dalam publikasi yang dikutip pada hari yang sama.
Di sisi lain, Mentan Amran juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan kelembagaan untuk mengembalikan kejayaan swasembada pangan dalam 2-3 tahun ke depan, khususnya untuk komoditas strategis padi dan jagung. Kunci dari semua itu adalah semangat kolaborasi, antara pusat dan daerah, pemerintah dan petani, serta antarkelembagaan. “Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kita harus bergandeng tangan untuk memperluas tanam, meningkatkan produksi, dan memastikan efisiensi distribusi pangan,” tegas dia.
Mentan sangat optimistis dengan masa depan pangan nasional. Pencapaian kemandirian pangan bukanlah hal mustahil selama semua pihak bisa saling bersinergi. “Saya percaya, dengan semangat gotong royong dan sinergi antarpihak, kita bisa wujudkan RI yang swasembada, mandiri, dan berdaulat pangan. Sumbawa bagian penting dari mimpi besar itu,” tandas Mentan.
Beasiswa Santri
Pada kunjungan kerjanya ke Sumbawa dalam rangka mendukung NTB sebagai lumbung jagung, Mentan Amran juga menunjukkan komitmen tulusnya terhadap masa depan generasi muda Indonesia dengan memberikan beasiswa kepada lima santri yatim piatu di Pondok Pesantren Modern Internasional Dea Malela. Beasiswa total Rp 100 juta itu bersumber dari gaji bulanan Amran Sulaiman sebagai menteri.
“Lima orang saya kasih beasiswa, Rp 20 juta, total Rp 100 juta. Gaji menteri Rp 19 juta, jadi lima bulan gaji menteri sudah saya serahkan. Kenapa? Karena saya wakafkan diri saya untuk Tanah Air, Merah Putih tercinta,” kata Mentan.
Di hadapan ratusan santri, Mentan juga mendorong generasi muda menjadi pribadi yang tekun dan kerja keras. Sebab, masa depan Indonesia berada di tangan anak muda yang akan menjadi generasi emas Indonesia. “Hari ini saya melihat cahaya muncul dari NTB, ada mutiara dari Sumbawa. Kalian adalah penerang obor Indonesia. Jangan sia-siakan umur yang dipinjamkan kepada Allah. Harus kerja keras, persisten, dan berani menghadapi tekanan,” ujar dia.

Mentan menegaskan pentingnya membangun kepercayaan diri bagi anak-anak dari pelosok negeri. Mentan juga menyoroti peran penting karakter dan tekanan dalam membentuk pribadi tangguh. “Kalau mau jadi berlian, harus tahan tekanan. Berlian terbentuk di perut bumi dengan suhu dan tekanan ekstrem,” ujar Mentan.
Selain memberikan bantuan beasiswa atas nama pribadi, Mentan Amran juga memberikan bantuan 10 ekor sapi untuk digemukkan di lahan 12 ha milik pesantren. ”Ini dari negara (Kementan), bukan saya. Nanti 10 ekor sapi digemukkan. Kalau ada kebun seperti jagung, itu nanti bisa minta bantuan dari pusat,” ungkap dia.
Sementara itu, Profesor Din Syamsuddin, pendiri Pesantren Dea Malela, mengapresiasi kehadiran Mentan Amran sebagai tokoh harapan Indonesia saat ini. “Mentan Amran itu cendekiawan masih muda dari Sulawesi, bagaikan sang surya yang terbit dari timur. Inilah harapan Indonesia karena beliau sangat memiliki integritas, kapasitas, dan langkah-langkahnya cerdas, lugas dalam menegakkan disiplin, peraturan, dan mewujudkan swasembada pangan atas perintah Bapak Presiden RI,” kata Din.