JAKARTA, AW-Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan percepatan tanam padi di sentra-sentra produksi, seperti di Indramayu dan Subang di Jawa Barat. Percepatan tanam padi itu sebagai salah satu upaya menggenjot produksi beras nasional, terutama di semester II-2025. Kegiatan percepatan tanam padi disambut antusias para petani karena adanya jaminan harga beli gabah kering panen (GKP) Rp 6.500 per kilogram (kg) oleh pemerintah melalui Perum Bulog.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Andi Nur Alam Syah mengatakan, usai panen, Kementan mempercepat pertanaman padi di Indramayu hingga Subang demi menggenjot produksi beras Indonesia. Di tengah momentum panen raya yang masih berlangsung, Kementan bergerak cepat memulai percepatan olah tanah dan tanam di wilayah sentra produksi, yakni Kabupaten Indramayu dan Subang.
Langkah ini diambil sebagai upaya optimalisasi musim tanam kedua (MT-II) guna memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mengejar target produksi beras Indonesia yang lebih tinggi. “Langkah percepatan tanam padi ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan produksi setelah panen raya. Kami tidak menunggu panen selesai keseluruhan. Di lahan yang sudah selesai dipanen, langsung kita olah dan tanam kembali. Ini langkah konkret untuk memastikan tidak ada lahan yang menganggur,” jelas Andi Nur.
Saat meninjau proses tanam di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, pada 13 Mei 2025, Andi Nur menjelaskan, Kementan telah mengerahkan bantuan alat mesin pertanian (alsintan), benih unggul, serta penguatan irigasi untuk mendukung percepatan tanam padi tersebut. “Kita hadir tidak hanya dengan bantuan fisik, tetapi juga pendampingan langsung di lapangan. Dengan begitu, produktivitas bisa lebih maksimal dan target produksi beras tercapai,” kata dia. Kegiatan percepatan tanam padi di Indramayu disambut antusias oleh para petani, terlebih harga GKP masih stabil Rp 6.900-7.000 per kg. Para petani optimistis hasil MT-II ini akan lebih maksimal dengan dukungan penuh dari pemerintah.
Andi Nur menambahkan, percepatan tanam padi tidak hanya terpusat di Indramayu, tetapi juga di Subang yang memiliki potensi lahan tanam 35 ribu hektare (ha). Sehari sebelumnya, Andi Nur dan tim juga telah mengunjungi Subang. Awalnya, target tanam padi di Subang hanya 17 ribu ha, tetapi melalui intervensi terpadu, target itu meningkat dua kali lipat. Ini menunjukkan efektivitas kerja sama antara pusat, daerah, dan kelompok tani.
Kementan juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk membuka Saluran Irigasi Salamdarma pada 15 Mei 2025. Pembukaan irigasi ini diharapkan mampu menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian yang akan ditanami, sehingga produktivitas bisa maksimal.
Berdampak ke Pertumbuhan Ekonomi
Upaya peningkatan produksi beras Indonesia melalui percepatan tanam padi akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi nasional. Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Sam Herodian mengungkapkan, langkah percepatan tanam padi yang diinisiasi Kementan tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian berhasil tumbuh hingga 10,57%. Ini menandakan bahwa visi besar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjadikan Indonesia sebagai negara super power pertanian semakin nyata,” jelas Sam Herodian dalam publikasi yang dikutip Rabu (14/05/2025).
Sam menambahkan, permintaan pangan dari sejumlah negara sahabat juga meningkat seiring keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan produksi beras. “Beberapa negara telah menyampaikan minat untuk bermitra dalam distribusi pangan. Ini menunjukkan posisi strategis Indonesia di kancah internasional,” ujar dia.
Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta dukungan TNI dan Polri menjadi kunci keberhasilan program percepatan tanam padi tersebut. “Kami mengajak semua pihak untuk tetap semangat dan bekerja keras, karena kerja keras saja tidak cukup, kita juga harus bekerja cerdas. Mari kita jaga momentum ini dan terus berinovasi demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih baik,” jelas Sam Herodian.
Sementara itu, Wakil Bupati Indramayu Syaefudin mengungkapkan, luas baku sawah (LBS) di wilayahnya 126.088 ha. Di 2025, potensi tanam diproyeksikan naik hingga 129.806 ha. Hingga saat ini, sekitar 40% lahan sudah dipanen dengan produktivitas rata-rata 6,8 ton per ha. “Dengan intervensi teknologi dari Kementan, kami optimis produksi bisa meningkat signifikan,” ujar Syaefudin. Masuk ke MT-II, sebanyak 21 ribu ha lahan telah ditanami di wilayah barat Indramayu dari 32 ribu ha target yang telah ditetapkan Kementan hingga akhir Mei. Meskipun saat ini masih di bawah target, Kabupaten Indramayu optimis target tersebut segera tercapai.