JAKARTA, AW-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu hilirisasi yang mendukung kecukupan nutrisi masyarakat dengan mendorong kerja sama pengembangan produk suplemen kesehatan berbasis sawit. Hilirisasi dengan produk akhir suplemen kesehatan berbasis sawit ditargetkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Masyarakat luas selama ini belum menyadari bahwa minyak sawit mengandung nutrisi penting, seperti Betacarotene, Tocopherol, MCT (Medium Chain Triglyceride), Squalane, dan Antioxidants, yang berkhasiat menjaga kesehatan tubuh manusia. Proses produksi minyak sawit modern melalui pemurnian minyak secara kimiawi justru menghilangkan kandungan nutrisi penting alami dari minyak sawit. Alhasil, kebutuhan vitamin masyarakat banyak dipenuhi dari suplemen kesehatan sintetik atau dari sumber lainnya.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, Kemenperin berkomitmen untuk terus menjalankan hilirisasi industri sawit, khususnya pada produk Betacarotene (Pro-Vitamin A) dan Tocopherol (Vitamin E). “Upaya itu untuk mendorong peningkatan nilai tambah komoditas sawit nasional dan memperkuat ketahanan nutrisi masyarakat,” jelas Putu Juli saat rapat Kick Off Kerja Sama Riset Kolaboratif antara Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi) dengan PT Kimia Farma Tbk di Jakarta pada 9 Mei 2025.
Kerja sama itu untuk mengembangkan produk suplemen kesehatan berbasis sawit sebagai pendukung program MBG. “Riset Kolaborasi ini langkah strategis untuk mendukung kecukupan nutrisi masyarakat melalui produk kesehatan yang berasal dari komoditas andalan nasional, sawit, termasuk dalam rangka menanggulangi stunting dan wasting,” ungkap Putu.
Putu menuturkan, upaya tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk mengoptimalkan peran sawit dalam ketahanan nutrisi nasional, melengkapi perannya yang saat ini dimanfaatkan sebagai sumber ketahanan energi melalui bahan bakar nabati serta sebagai sumber ketahanan pangan melalui minyak goreng dan produk lemak padatan pangan lainnya.
“Suplementasi vitamin dari sumber nabati, termasuk dari minyak sawit yang diproses alami, merupakan opsi cerdik untuk menjaga kecukupan nutrisi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah dan ibu hamil atau menyusui,” ungkap Putu dalam publikasi yang dikutip Senin (12/05/2025).
Kemenperin melengkapi dukungan fasilitasi riset kolaboratif dengan kegiatan penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk suplemen kesehatan berbasis sawit sebagai pendukung program MBG. Keberadaan SNI produk suplemen kesehatan itu sangat penting untuk membuka peluang seluruh pihak, baik BUMN, swasta, dan/atau pihak lain, untuk dapat terlibat dalam program nasional menjaga kecukupan nutrisi masyarakat termasuk melalui program MBG.
“Rapat kick off juga dimaksudkan untuk membentuk pioneering model kerja sama kolaboratif antar pihak sehingga mendukung upaya mentransformasikan inovasi hasil riset menjadi skala komersial, dengan fasilitasi dari Kemenperin,” ujar Putu.
Kemenperin akan memfasilitasi diadakannya pertemuan teknis ilmiah untuk membulatkan konsep pengembangan produk suplemen kesehatan berbasis sawit bersama ahli atau pakar gizi nasional. Kemenperin juga akan menjembatani aspek legal kerja sama temasuk manajemen kekayaan intelektual serta menentukan requirements agar hasil riset kolaboratif ini dapat diimplementasikan menjadi program skala nasional, khususnya mendukung program MBG.
“Diharapkan model pionir collaborative research antara pihak Maksi dan PT Kimia Farma Tbk dalam produk suplemen kesehatan berbasis sawit ini dapat menjadi tonggak sejarah baru pengembangan bidang industri agro yang masih terbuka lebar dan potensial dieksplorasi mendalam hingga sampai skala industri komersial,” tandas Putu.