JAKARTA, AW-Generasi muda, terutama para mahasiswa, motor transformasi pertanian Indonesia dari sistem tradisional ke modern. Transformasi pertanian melalui penerapan teknologi, riset, dan inovasi akan mempercepat terwujudnya kedaulatan pangan nasional.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam implementasi transformasi pertanian Indonesia dari sistem tradisional menuju pertanian modern yang berbasis teknologi dan inovasi. Mentan Amran menegaskan, masa depan pertanian Indonesia berada di tangan generasi muda, termasuk para aktivis mahasiswa.
Mahasiswa harus menjadi motor inovasi pertanian dan kedaulatan pangan nasional. “Pertanian hari ini bukan lagi soal cangkul dan lumpur. Ini tentang teknologi, riset, dan inovasi. Mahasiswa harus menjadi lokomotif perubahan. Kalau kita ingin berdaulat pangan maka kampus dan anak muda harus turun langsung. Jadilah pelopor, bukan penonton,” tegas Mentan Amran.
Mentan Amran menyampaikan hal itu dalam arahannya pada pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) ke-18 Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, pada 24 Juni 2025. Mentan Amran menegaskan, cara mengungkit untuk nilai tambah dari sektor pertanian guna mendukung perekonomian nasional adalah dengan bentuk hilirisasi komoditas pertanian.
“Semua produk kita yang paling besar dan dahsyat adalah pertambangan dan pertanian. Dan pertanian ini yang bisa memimpin masa depan bangsa Indonesia. Dan mahasiswa di sini bisa mempimpin Indonesia ke depan,” kata Mentan dalam publikasi yang dikutip Rabu (25/06/2025).
Mentan Amran menyampaikan, forum BEM SI tersebut bukan hanya digunakan menjadi ajang konsolidasi gerakan mahasiswa secara nasional, tetapi juga ruang refleksi kolektif atas peran strategis generasi muda dalam menyongsong masa depan pertanian yang lebih maju dan bisa diwujudkan untuk Indonesia.
“Konsistensi kuncinya. Konsistensi kebijakan bukan untuk pribadi tapi negara. Skema investasi dalam budi daya dan industri hilir pertanian berdasarkan potensi sumber daya yang mana total investasi Rp 371 triliun, masyarakat dan anak muda lebih besar porsinya,” jelas Mentan Amran.
Mentan Amran menegaskan pada forum BEM SI itu dirinya membuka pintu yang lebar untuk melakukan kolaborasi. Munas ini menjadi momentum strategis membangkitkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya inovasi dalam memperkuat sektor pangan nasional. “BEM sebagai aktor perubahan diharapkan mampu menjembatani riset kampus dengan kebutuhan masyarakat di lapangan, salah satunya dengan hilirisasi.” tegas Amran.
Pemimpin Perubahan
Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor IPB Arief Satria turut menyampaikan hal senada. Mahasiswa sebagai generasi muda berperan sangat penting dalam pembangunan di masa mendatang melalui berbagai inovasi. Dibutuhkan berbagai level kepemimpinan untuk mampu melakukan perubahan di masa mendatang. “Yang pertama self leader, memimpin diri sendiri. Semua orang sudah menjadi pemimpin. Yang kedua lead others, memimpin orang lain. Inilah yang sekarang ini kita lakukan,” ujar Arief di depan para peserta Munas BEM SI yang hadir.
Arief melanjutkan bahwa level ketiga adalah lead change, yaitu memimpin perubahan, termasuk institusi dan organisasi. “Dan level keempat adalah lead the future, memimpin masa depan. Ini tantangan yang tidak semua orang mampu hadapi,” jelas dia.
Senada dengan itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Brian Yuliarto, turut menekankan pentingnya mahasiswa sebagai penggerak budaya riset dan teknologi dalam mendukung inovasi termasuk di sektor pertanian. BEM harus menjadi lokomotif budaya baru bangsa. Budaya hari ini dan ke depan harus ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi. “Dari sinilah hilirisasi bisa terjadi dan ekonomi nasional bisa tumbuh lebih kuat. Kampus harus bergandengan tangan dengan industri, atau bahkan melahirkan industri. Aktivis mahasiswa harus menjadi contoh, dengan menguasai sains dan teknologi,” tandas Brian.