JAKARTA, AW-Ekspor tuna beku ke pasar Uni Emirat Arab (UEA) mendapatkan diskon tarif bea masuk seiring adanya perjanjian kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara tersebut. Ekspor tuna beku ke UEA diharapkan ke depan terus meningkat agar para nelayan bisa terus menangkap dan mendapatkan akses pasar yang jauh lebih baik.

Pada 9 Mei 2024, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso melepas ekspor satu kontainer produk tuna beku ke UEA, yakni frozen yellow fin tuna loin, senilai US$ 90 ribu atau setara Rp 1,87 miliar. Pelepasan ekspor digelar di PT Dempo Andalas Samudera, Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Saat itu, Mendag Budi Santoso didampingi Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Fajarini Puntodewi dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Iqbal Shoffan Shofwan dalam pelepasan ekspor tersebut.

Turut hadir Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Investor Aruna Holding Avina Sugiarto, Chief Sustainability Officer & Co-Founder Aruna Indonesia Utari Octavianty, serta Direktur PT Dempo Andalas Samudera Robby Ferliansyah.

Mendag mengatakan, para pelaku usaha, termasuk UMKM, dapat memanfaatkan berbagai kerja sama perdagangan yang telah dijalin Indonesia dengan negara-negara mitra untuk masuk ke pasar ekspor. Contoh, ekspor ke UEA dapat dilakukan dengan memanfaatkan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif kedua negara (Indonesia-United Arab Emirates CEPA). Skema ini memungkinkan UEA untuk menurunkan dan menghapus tarif bea masuk untuk sekitar 94% dari total pos tarif, sehingga membuka akses pasarnya bagi Indonesia.

“Kita sudah punya perjanjian dagang dengan UEA maka perlu kita manfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, Indonesia dan Tunisia akan menandatangani CEPA di Juni nanti. Indonesia juga sedang mengejar penyelesaian perundingan CEPA dengan Uni Eropa untuk membuka potensi pasar yang besar sekali ke sana,” kata Mendag dalam publikasi yang dikutip Minggu (11/05/2025).

Selama ini, Kemendag telah membuka pasar baru ke pasar-pasar nontradisional atau pasar yang potensinya belum terjamah dalam strategi ekspor. Inisiatif untuk membuka pasar ekspor baru saat ini kian relevan. Salah satunya, karena dinamika perang dagang dan hambatan perdagangan yang diterapkan unilateral.

Untuk itu, ekspor ke negara mitra yang telah memiliki perjanjian akan menjadi daya tarik. Dengan bertambahnya jumlah kerja sama perdagangan dengan negara mitranya, hal itu diharapkan memberikan motivasi bagi para eksportir untuk meningkatkan ekspornya.

Sementara itu, Gubernur Mahyeldi meminta pemerintah pusat mendukung ekspor produk unggulan Sumbar. Export Coaching Program dari Kemendag telah menghasilkan 60 eksportir baru sehingga menambah jumlah jajaran eksportir yang ada saat ini. “Kami juga mengharapkan informasi dan dukungan bagi pelaku usaha Sumbar agar bisa mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negeri,” ujar Mahyeldi.

Sedangkan Chief Sustainability Officer & Co-Founder Aruna Indonesia Utari Octavianty mengatakan, industri perikanan harus tetap berdiri tegak di tengah situasi global yang penuh dinamika dan perang. Aruna berterima kasih atas dukungan Kemendag sehinga PT Dempo Andalas Samudera tetap bisa mengekspor tuna ke Dubai, UEA, dan dihubungkan dengan para pembeli di UEA.

“Kami berharap ekspor ini dapat terus dilaksanakan, sehingga nelayan-nelayan di Bungus (Sumbar) bisa terus menangkap ikan tuna dan mendapatkan akses pasar lebih baik. Ekspor ini jadi simbol kerja keras para nelayan, seluruh karyawan dan pekerja, hingga ekosistem perikanan,” jelas Utari.