JAKARTA, AW-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong budi daya udang berkelanjutan dengan melibatkan para petambak muda di Tanah Air. Semangat petambak muda dalam berinovasi menjadi modal utama dalam praktik budi daya udang berkelanjutan yang mengedepankan keseimbangan keseimbangan ekologi.

Dirjen Perikanan Budi Daya KKP TB Haeru Rahayu mengatakan, keterlibatan anak muda telah membawa angin segar pada kemajuan perikanan budi daya di Indonesia. Hal itu mengingat peran anak muda sangat potensial dalam menumbuhkan budi daya inovatif di Tanah Air. Karena itu, KKP pun gencar mendorong generasi muda menekuni budi daya perikanan yang inovatif dan berkelanjutan, seperti yang dilakukan Petambak Muda Indonesia (PMI).

“Muncul berbagai tantangan dalam budi daya udang, seperti penyakit udang dan daya saing produk. Namun, itu justru menjadi pemacu bagi para petambak muda untuk terus meningkatkan kualitas dan produktivitas,” jelas Haeru dalam publikasi yang dikutip Kamis (29/05/2025). Belum lama ini, KKP berkolaborasi dengan PMI menggelar Shrimp Aquaculture Conference (SAC) di Badung, Bali, yang diikuti ratusan peserta dari dalam dan luar negeri.

Inovasi dan penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dalam praktik budi daya udang berkelanjutan tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada kualitas produk dan menjaga keberlanjutan lingkungan. “Karenanya, semangat inovasi dari generasi muda dapat jadi contoh bagi pelaku usaha budi daya lainnya di seluruh Indonesia,” jelas Haeru.

Sebelumnya, Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono mengutarakan pentingnya pengembangan budi daya perikanan untuk menyokong ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, hingga menjaga populasi perikanan di laut. Dengan meningkatkan produksi perikanan budi daya, termasuk udang, maka intensitas kegiatan penangkapan ikan di alam dapat dikurangi.

Sedangkan Ketua PMI Rizky Darmawan menuturkan, pihaknya akan terus rutin mengumpulkan para pemuda dan stakeholder serta pelaku usaha yang bergerak di industri udang dalam event tahunan seperti SAC. Pada Acara tersebut selain seminar juga digelar berbagai inovasi teknologi budi daya udang yang menerapkan CBIB.

Hal itu dilakukan lantaran Indonesia menyimpan potensi besar atas komoditas udang. “Industri udang di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus meningkat, mengingat Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, serta permintaan pasar terhadap udang yang tinggi. Bukan hanya di pasar domestik, namun juga di pasar global,” jelas Rizky.

Model Budi Daya Berkelanjutan

Dirjen Haeru menjelaskan, KKP telah banyak menginisiasi pembangunan budi daya udang berkelanjutan. KKP sudah membangun modeling Budi Daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. BUBK Kebumen menjadi percontohan tambak udang modern berbasis kawasan yang mengedepankan keseimbangan ekologi. “BUBK di Kebumen bukti nyata bagaimana budi daya udang bisa dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan,” papar Haeru.

Direktur Ikan Air Payau Fernando J Simanjuntak menambahan, BUBK Kebumen merupakan tambak udang berbasis kawasan dengan luasan lahan potensial 100 hektare (ha). Saat ini, terdapat 189 petak tambak dengan ukuran masing masing 1.600 meter persegi yang terdiri atas 139 petak merupakan kolam produksi dan sisanya tandon air.

Selain penggunaan teknologi modern yang ramah lingkungan, kegiatan budi daya di BUBK Kebumen menerapkan prinsip CBIB. “Di IPAL ada berbagai treatment, mulai dari pengendapan dan oksigenasi guna mengembalikan kualitas air menjadi normal bahkan lebih subur, dan secara fisika juga kembali normal sehingga pada saat dilepas sama seperti sedia kala dan tidak merusak lingkungan,” ungkap Nando.

Menurut Nando, KKP juga tengah menyusun program pembangunan Tambak Integrated Shrimp Farming (ISF) yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Sumba Timur, NTT. Seperti BUBK Kebumen, Program Tambak ISF juga menerapkan tambak budidaya udang berbasis CBIB dengan pendekatan terintegrasi dari hulu hingga hilir.