JAKARTA, AW-Diplomasi beras Indonesia berubah dari fokus pada pengadaan kebutuhan impor menjadi menjajaki pasar ekspor, menyusul tingginya stok nasional. Diplomasi beras Indonesia di pasar Vietnam misalnya, para diplomat RI di negara itu tahun lalu masih membantu pengadaan impor, namun mulai tahun ini justru melirik peluang ekspor beras.

Indonesia mencatat sejarah baru dalam sektor pertanian. Untuk pertama kalinya, Stok cadangan beras pemerintah (CBP) menembus 4 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah. Prestasi itu bukti nyata keseriusan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional serta keberhasilan berbagai program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produktivitas petani.

Capaian tersebut mendapat apresiasi dari Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Vietnam Denny Abdi yang menilai surplus beras tersebut bukan hanya menjadi pencapaian nasional, tetapi juga mengubah arah diplomasi Indonesia di luar negeri. “Dengan stok beras yang berlimpah itu, kami bangga Indonesia kini siap ekspor,” ungkap Dubes Denny.

Dubes Denny menyampaikan kebanggaannya tersebut usai bertemu Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di Jakarta pada 13 Juni 2025. Dubes Denny mengatakan, tahun lalu saat dirinya pertama kali dikunjungi Mentan Amran di Vietnam masih sempat membicarakan rencana impor beras.

“Tapi tahun ini saya sangat surprise, beliau mengatakan kita sudah surplus beras sampai 4 juta ton, bahkan terbesar dalam sejarah RI dalam waktu sangat singkat. Kami di luar negeri yang tadinya membantu pengadaan impor, sekarang justru mulai melirik pasar ekspor. Ini sangat membanggakan,” ujar Denny dalam publikasi yang dikutip pada hari yang sama.

Menurut Denny, keberhasilan Indonesia mendekati swasembada beras akan berdampak pada hubungan dagang regional. Namun demikian, Dubes Denny meyakini relasi bilateral Indonesia–Vietnam tetap kuat karena masih banyak peluang kerja sama di bidang lain, termasuk ketahanan pangan global.

“Bahwa Indonesia sekarang mulai swasembada, tentu beberapa perusahaan Vietnam akan kehilangan pasar. Tapi ini bukan masalah besar, karena kebutuhan pangan dunia masih tinggi. Negara agraris seperti Indonesia dan Vietnam justru punya tanggung jawab moral untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan global,” jelas Denny.

Dalam setiap kesempatan, Mentan Amran menilai Indonesia bukan lagi swasembada, tapi sudah mencapai kedaulatan pangan. Lonjakan stok beras menjadi bukti nyata ketahanan pangan nasional yang kuat, sekaligus menegaskan kesiapan Indonesia memainkan peran lebih besar dalam sistem pangan global.

Banyak negara yang mengalami tekanan pangan, Indonesia justru mencatatkan peningkatan produksi dan stok secara signifikan. “Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah bicara kedaulatan. Dengan angka serapan seperti ini, Indonesia secara tidak langsung siap mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan dunia,” ujar Mentan Amran.

Hilirisasi Pertanian

Menutup pernyataannya, Denny Abdi menyampaikan, pihaknya bersama jajaran Kementerian Luar Negeri siap mendukung upaya hilirisasi dan industrialisasi sektor pertanian agar produk agrikultur Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga memiliki daya saing tinggi di pasar global.

“Jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, maka kita harus bergerak ke industri pengolahan. Hilirisasi pertanian adalah langkah lanjutan agar kita tak hanya menjual bahan mentah, tapi juga menciptakan nilai tambah bagi petani dan bangsa,” tandas dia.

Di sisi lain, Denny Abdi juga sempat menyoroti komoditas susu selain membahas beras. Denny menekankan perlunya memperkuat produksi komoditas strategis lainnya, seperti susu. Saat ini, 80% kebutuhan susu nasional masih bergantung impor. Pemerintah tengah mendorong masuknya investasi besar untuk membangun industri susu segar dalam negeri, dengan fasilitasi lahan dan dukungan kebijakan dari Kementan.

“Susu sangat penting bagi anak-anak usia 2-12 tahun. Ini terkait program makanan bergizi dari Bapak Presiden. Kita ingin agar produksi susu bisa dilakukan di dalam negeri agar tidak terus-menerus menguras devisa. Kami akan dorong investor untuk masuk dan membangun sistem produksi jangka panjang,” jelas dia.

Kementan menyebutkan, peningkatan produksi beras Indonesia mendapat pengakuan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Dalam laporan terbarunya, USDA memperkirakan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 mencapai 34,6 juta ton, tertinggi di Asean, mengungguli Thailand dan Vietnam, serta melampaui target produksi pemerintah sebesar 32 juta ton.

Mentan Amran menyatakan, lonjakan produksi beras itu berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertanian menyumbang 10,52% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada triwulan I-2025 (year-on-year/yoy), angka tertinggi sepanjang sejarah.

Mentan Amran menilai pencapaian ini menunjukkan kebijakan pemerintah yang mendukung produksi dalam negeri berjalan efektif. Dengan hasil tersebut, Indonesia optimistis swasembada beras dapat tercapai dan melangkah menuju kedaulatan pangan..