JAKARTA, AW-Serapan gabah oleh Perum Bulog per 28 Maret 2025 tercatat 725.513 ton setara beras atau meningkat 2.243,09% dibandingkan periode sama 2015 yang hanya 30.964 ton. Kado istimewa pada momentum Lebaran 2025 itu berkat penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp 6.500 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 5.500 per kg.
Serapan gabah yang dilaksanakan Bulog selama panen raya tahun ini mengalami lonjakan kenaikan sangat signifikan 2.000% lebih dari 2015 yang hanya 30.964 ton. Kenaikan itu setelah pemerintah menetapkan HPP GKP Rp 6.500 per kg dari sebelumnya Rp 5.500 per kg.
Sebagai informasi, serapan gabah per 28 Maret 2025 tercatat 725.513 ton setara beras atau naik 2.243,09% dari 2015 yang hanya 30.964 ton. Serapan gabah tahun ini juga naik 1.970,53% dibandingkan tahun lalu yang hanya 35.040 ton. Sedangkan rata-rata serapan 2015-2024 mencapai 152.082 ton.
Capaian itu sejalan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan lonjakan produksi beras nasional pada periode Januari-Maret 2025 sebesar 52,32% dari periode sama 2024 yang mencapai 8,67 juta ton dengan potensi luas panen padi 2,83 juta hektare (ha). Bahkan, produksi beras di periode Januari-April 2025 diperkirakan mencapai angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Produksi padi pada periode tersebut diprediksi 13,95 juta ton atau meningkat 25,99% atau naik 2,88 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Kabar baik itu turut menyedot perhatian sejumlah pihak yang merespons positif upaya pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan), dalam mewujudkan swasembada beras. Rektor IPB University Arif Satria mengapresiasi capaian serapan gabah yang cukup tinggi tahun ini.
Prestasi itu kado istimewa Lebaran bagi seluruh komponen bangsa. “Ini kado istimewa Lebaran dan juga prestasi luar biasa yang perlu terus dipertahankan,” kata Arif. Bagi Arif, kolaborasi Kementan dan Bulog sejauh ini mampu membuahkan hasil terhadap kenaikan produksi dan juga serapan gabah petani hingga menjadi tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. “Saya apresiasi kerja sama Bulog dan Kementan dalam memacu capaian serapan sangat tinggi ini yaitu 725 ribu ton,” ujar dia.
Kendati demikian, Arif mengingatkan, pemerintah dan juga petani harus menjaga kualitas gabah agar tetap tinggi sehingga antara kualitas dan kuantitas sama-sama bisa dipertahankan untuk menjaga beras nasional. “Langkah berikutnya yang harus ditempuh adalah bagaimana meningkatkan kualitas gabah petani sehingga kualitas beras bulog juga semakin tinggi. Jadi kuantitas dan kualitas sama-sama kita tingkatkan,” kata Arief dalam publikasi yang dikutip Kamis (03/04/2025).
Sementara itu, analis komunikasi politik Hendri Satrio mengatakan, keberhasilan itu buah dari kekompakan antarlembaga bidang pangan yang bergerak di bawah tangan dingin Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. “Saya sih oke ya dengan data ini, prestasi luar biasa. Ingat, pangan itu sektor dasar yang menentukan nasib bangsa kita ke depan. Jadi, saya apresiasi kinerja Bulog dan Mentan yang terus bekerja meningkatkan produksi dalam negeri,” kata dia.
Peningkatan serapan gabah petani itu tidak bisa dilepaskan dari kebijakan HPP gabah yang kini Rp 6.500 per kg. Penetapan HPP itu juga disertai penghapusan rafaksi sehingga gabah wajib dibeli dalam kondisi apa pun. “Komunikasi pemerintah untuk isu penyerapan gabah juga baik, ini tumben baik, tidak seperti kasus lainnya. Maka, dengan komunikasi yang baik, koordinasi juga baik sehingga saat pemerintah memberikan tambahan anggaran Rp 16,6 triliun untuk Bulog bisa terlaksana,” kata Hendri Satrio.
Selain itu, dia mengatakan, terdapat peran besar yang dilakukan jajaran Kementan dalam meningkatkan produksi sehingga tahun ini pemeintah memutuskan tidak melakukan kebijakan impor. “Menteri Amran menyadari perlunya kolaborasi antarkementerian maupun lembaga, termasuk di level bawah seperti PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan),” jelas Hendri.